Sebagian besar kita pasti sudah mengenal apa itu TOEFL. TOEFL populer sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan studi ke negara-negara dengan bahasa pengantar utama bahasa Inggris.
Tidak hanya itu, TOEFL juga kini telah menjadi salah satu syarat kelulusan bagi sebagian perguruan tinggi di Indonesia. Kasihan memang mahasiswa, sudah lelah memperjuangkan skripsi, harus rela belajar ekstra untuk mengejar skor TOEFL melebihi batas minimal yang ditentukan.
TOEFL juga telah menjadi syarat bagi pendaftaran beasiswa baik S1, S2, dan S3, dalam negeri maupun luar negeri. Seperti Beasiswa Unggulan Kemendikbud yang saya peroleh tahun 2017 lalu untuk melanjutkan studi magister, TOEFL dengan skor minimal 500 merupakan syarat mutlak lolos seleksi administrasi.
TOEFL merupakan standar ukuran kemampuan bahasa Inggris seseorang, terutama dari aspek reading (membaca), listening (mendengarkan), speaking (berbicara), dan writing (menulis). Seseorang dinilai memiliki skill berbahasa Inggris yang cukup baik jika berhasil memenuhi standar nilai tertentu.
TOEFL adalah singkatan dari Test of English as Foreign Language. Dari namanya kita sudah tahu bahwa tes ini ditujukan bagi mereka yang tidak menggunakan bahasa Inggris (American English) sebagai bahasa ibu. Tes ini dilaksanakan oleh English Test Service (ETS), sebuah lembaga nirlaba yang berpusat di Princeton, New Jersey, Amerika Serikat.
TOEFL dibagi menjadi 3 jenis, yaitu TOEFL Paper-Based Test (PBT), TOEFL Computer-Based Test (CBT), dan TOEFL iBT (Internet-Based Test).
TOEFL PBT merupakan tes yang masih menggunakan kertas dan pensil. Skor TOEFL berkisar antara 310 hingg 677. TOEFL PBT merupakan jenis tes yang masih banyak dilakukan di Indonesia.
TOEFL CBT dan iBT sama-sama menggunaan media komputer. CBT telah cukup lama ditinggalkan, digantikan iBT yang lebih moder. TOEFL iBT banyak digunakan sebagai syarat masuk perguruan tinggi di negara-negara barat. Skor maksimal yang dapat dicapai adalah 300.
Penggunaan TOEFL yang luas membuka peluang bagi lembaga-lembaga kursus bahasa. Mereka menawarkan kelas persiapan TOEFL bagi mereka yang ingin mendapatkan hasil tes terbaik.Â
Kualitas pengajaran yang baik juga tentunya sejalan dengan dalamnya kantong yang mesti dirogoh untuk menebusnya. Meski tidak murah, kelas-kelas intensif dengan harga jutaan tetap jadi incaran.
Lantas bagaimana dengan kita yang berkantong tipis?
Tenang. Keterbatasan finansial bukanlah halangan.Â
Bukan bermaksud sombong, tapi saya sendiri telah membuktikannya. Dalam perjuangan memperoleh skor TOEFL 550, saya hanya mengandalkan fasilitas seadanya di rumah.Â
Berikut adalah beberapa cara yang saya lakukan untuk belajar TOEFL sendiri dengan mudah dan murah.
1. Memperbanyak membaca artikel bahasa Inggris
Kecepatan internet yang entah berapa puluh kali lebih cepat ketimbang zaman saya SMA dulu sangat membantu dalam memperluas wawasan soal bahasa asing. Sekarang, dimanapun berada kita dapat mengakses artikel, cuitan, dan curhatan dalam bahasa Inggris dari berbagai lokasi di dunia.
Kemudahan tersebut membantu saya untuk berlatih skil membaca cepat. Mata saya pun kemudian terbiasa dengan kata-kata kunci yang menjelaskan ide utama dari sebuah paragraf. Informasi penting jadi semakin mudah diekstrak dari teks berderet panjang.
Ternyata teknik ini disebut skim and scan. Skim memiliki arti memilah paragraf yang diperlukan dan yang tidak. Sedangkan, scan berarti mencari poin-poin penting pada paragraf yang diperlukan tersebut.
2. Mendengarkan musik dan video berbahasa Inggris
Sesi listening adalah bagian tersulit bagi sebagian orang. Dalam keseharian, kita lebih sering mendengar percakapan dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Wajar saat dihadapkan dengan percakapan bahasa Inggris otak kita overheat.
Mendengarkan musik dan video sangat membantu dalam mengatasi kekuragan tersebut. Telinga kita akan menjadi lebih terbiasa mendengarkan kalimat-kalimat dalam bahasa Inggris.
Agar lebih mudah melatih kepekaan, saya memulai dari lagu atau video yang penuturnya berucap dengan cukup jelas.Â
Khusus untuk video, ada baiknya kita tonton yang menampilkan tata cara berbahasa Inggris dengan benar. Darinya kita bisa mempelajari berbagai hal sekaligus, mulai dari kosakata, struktur kalimat, hingga idiom.
3. Membeli buku persiapan TOEFL
Tips yang satu ini tidak bisa dibilang murah juga. Kita harus mau mengeluarkan sedikit uang untuk melakukannya.
Akan tetapi jika dibandingkan dengan harus membayar kursus dan repot-repot menghadiri kelasnya, membeli buku jauh lebih ekonomis.
Dengan modal kurang dari 500 ribu, kita bisa memperoleh buku super lengkap. Pelajaran singkat tata bahasa diikuti dengan soal ribuan soal latihan dan cara singkat menjawabnya. Beberapa buku juga menyertakan simulasi tes dan CD audio untuk latihan listening.
Informasi soal buku rekomendasi banyak bertebaran di internet. Kamu bisa pilih sesuai dengan tujuan dan kapasitas kantong.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H