Meski telah banyak diajarkan di pelajaran agama, budi pekerti, dan kewarganegaraan, implementasi "kejahatan harus dibalas dengan kebaikan" nampaknya memang cukup sulit dijumpai di kehidupan. Nyatanya banyak di antara kita yang lebh menikmati kesulitan orang agar sama-sama setimpal.Â
Para pencopet dan penjambret dengan senang hati kita pukuli dengan alasan agar mereka jera dan tidak datang lagi. Yang jatuh tersungkur malah kita sumpahi karena kita merasa itulah yang pantas ia dapati.
Pelaku paket takjil beracun tidak akan terjerat pidana dan ancaman hukuman mati jika ia menghentikan niat menuntut balasnya. Tidak akan kotor tangannya dengan kematian nyawa tidak berdosa karena kurang baik dalam mengelola perasaan dendamnya. Bisa saja ia menggantinya dengan hadiah yang baik untuk menyudahi murkanya.
Di momen Ramadan seperti sekarang ini, manajemen rasa dendam penting untuk kita asah kembali. Kita perlu semakin mempertajam keyakinan bahwa kejahatan yang dibalas kebaikan akan menuai lebih banyak kebaikan.
Kini tren berkirim hadiah menjamur lagi menjelang Idul Fitri. Dengan adanya larangan mudik, kita bisa memanfaatkan berbagai kemudahan yang kita miliki sekarang. Kiriman dapat mencapai teman, sahabat, keluarga, dan orang-orang terdekat lainnya dengan segera.
Mari sama-sama berdoa agar tidak muncul kasus parcel lebaran beracun menjelang Hari Kemenangan yang hanya sekali setahun.
Selamat Hari Raya dul Fitri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H