Siapa tak kenal Umar bin Khattab. Ia merupakan salah satu dari empat Khulafaur Rashidin, khalifah kedua dalam kepemimpinan Islam setelah Abu Bakar Ash-Shidiq.Â
Umar dikenal sebagai pribadi yang berani, tegas, dan tidak kenal takut. Ia dikenal dengan julukan Singa Padang Pasir. Bahkan sebelum masuk Islam Umar tidak takut untuk langsung berhadapan langsung dengan Rasulullah dan berniat membunuhnya.Â
Perangai yang keras ini yang sempat menjadi kekhawatiran kaum muslimin saat Umar dinobatkan sebagai khalifah kedua. Mereka takut Umar akan terlalu ditakuti, alih-alih mendapat simpati sebagai pemimpin.
Umar nyatanya menjalankan kepemimpinannya dengan sangat baik. Ia sangat peduli dengan rakyatnya sampai-sampai rela berpatroli tengah malam berkeliling melihat kondisi umat. Umar juga sangat disiplin pada dirinya sendiri sehingga tidak mengambil melebihi apa yang menjadi haknya sebagai pribadi maupun khalifah.
Pada masa kepemimpinannya, Islam mencapai kejayaan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Kaum muslimin berhasil membebaskan wilayah-wilayah jajahan Kekaisaran Romawi dan Persia, dua negara adidaya yang mendominasi saat itu. Umar juga melakukan reformasi dalam kebijakan publik dan administrasi. Salah satu yang paling terkenal adalah pembentukan Baitul Maal yang menjadi salah satu pembaharuan dalam bidang ekonomi.
Umar termasuk salah satu sahabat yang memiliki harta yang melimpah. Menurut Kitab al-Fiqh al-Iqtishadi Li Umar Ibn al-Khaththab, tercatat kekayaan Umar mencapai Rp 11,2 triliun. Diriwayatkan Umar memiliki 70 ribu ladang pertanian dan 70 ribu properti. Kekayaannya yang melimpah ruah sering ia berikan untuk membiayai kaum muslimin dalam berbagai kegiatan, misalnya perang.Â
Meski dikaruniai tahta dan harta, Umar tetap ingat perintah Rasulullah untuk hidup dengan sederhana. Ia menggunakan hartanya sesuai kebutuhan, bukan keinginan.
Umar sangat takut dengan kemewahan. Ia tahu betul harta yang ia genggam akan dipertanggungjawabkan kelak di hari perhitungan. Umar bahkan sering mengenakan pakaian penuh jahitan saking jarangnya membeli pakaian baru.
Suatu ketika ketika umat Islam berhasil mengepung Yerussalem, Sophronius patriark kota saat itu menolak siapa pun untuk masuk ke dalam kota. Ia hanya ingin bernegosiasi dengan Khalifah Umar.Â
Umar pun kemudian datang bersama seorang asisten dan satu unta. Mereka berdua telah sepakat akan naik unta bergantian. Saat memasuki kota Umar bersikukuh berjalan kaki karena itu memang gilirannya. Semua orang tampak keheranan dengan pemandangan tersebut tanpa tahu bahwa pria dengan pakaian sederhana tersebut adalah sang Amirul Mukminin.
Pada kesempatan lainnya, seorang utusan dari Persia datang ke Madinah dan meminta bertemu dengan sang khalifah. Para sahabat kemudian mengantarkan utusan tersebut ke rumah Umar yang terbuat dari tanah sebagaimana rumah pada umumnya. Sang utusan terpana. Ia mengakui bahwa Umar adalah sosok pemimpin yang sangat sederhana dan dicintai rakyatnya.
Umar bukan hanya tidak populer di kalangan orang-orang di luar negeri Islam. Umat Islam sendiri pun kadang tidak mengenalinya saking sederhana kehidupannya. Dikisahkan Umar pernah mendapati seorang janda yang terpaksa memasak batu di pancinya. Anak-anaknya menangis karena lapar.
Kepada pria yang tidak dikenalnya tersebut si janda mengeluh atas ketidakpedulian khalifah terhadap penderitaan rakyatnya. Umar bin Khattab dianggapnya tidak mau melihat ke bawah, memastikan sudah terpenuhikah kebutuhan rakyatnya.
Mendengar ucapan tersebut Umar menangis, meninggalkan janda tersebut, kemudian bergegas memikul sekarung gandum di punggungnya. Ia ingin memikul sendiri apa yang menjadi bebannya sebagai pemimpin. Ia takut menjadi pemimpin yang zalim.
Saat si janda bertemu dengan Umar di Baitul Maal, ia baru sadar yang semalam ia caci maki ternyata tepat berada di depan matanya. Ia malu karena sosok yang dihinanya ternyata telah rela membantunya, tidak seperti persangkaannya.
Umar bin Khattab adalah sosok pemimpin teladan. Segalan kejayaan yang diberikan kepadanya tidak lantas membuat Umar lupa daratan. Ia tetap bertaqwa dan takur terjerumus ke dalam dosa.
Semoga kisah-kisah tersebut dapat menjadi inspirasi bagi kita, khususnya para pemimpin dimana pun berada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H