Menemukan Sisi Positif Stres: Mengubah Cara Pandang untuk Kesehatan yang Lebih Baik
Kebanyakan dari kita mungkin sudah sering mendengar bahwa stres adalah musuh kesehatan. Dari iklan hingga nasihat dokter, pesan yang kita terima adalah: "Hindari stres, atau Anda akan menderita." Tapi, apa jadinya jika selama ini kita salah paham? Apa jadinya jika cara kita memandang stres sebenarnya lebih penting daripada stres itu sendiri? Inilah yang disampaikan oleh Kelly McGonigal, seorang psikolog kesehatan yang punya pandangan berbeda tentang stres.
Kelly McGonigal memulai dengan pengakuan yang cukup mengejutkan. Sebagai seorang psikolog kesehatan, ia telah menghabiskan bertahun-tahun mengajarkan bahwa stres adalah hal yang buruk bagi kesehatan. Namun sekarang, dia percaya bahwa pesan tersebut mungkin telah menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan. Dengan kata lain, dia ingin mengubah cara kita melihat stres, karena menurutnya, cara kita berpikir tentang stres memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan kita.
Penelitian Tentang Stres dan Kesehatan
McGonigal mendasarkan pandangannya pada sebuah studi besar yang melibatkan 30.000 orang dewasa selama delapan tahun. Dalam studi ini, para peserta ditanya seberapa banyak stres yang mereka alami dan apakah mereka percaya bahwa stres berbahaya bagi kesehatan mereka. Hasilnya? Orang yang mengalami tingkat stres tinggi memiliki risiko kematian 43% lebih tinggi --- tapi hanya jika mereka juga percaya bahwa stres itu berbahaya. Sementara itu, orang yang mengalami stres tinggi tetapi tidak memandangnya sebagai hal berbahaya justru memiliki risiko kematian yang lebih rendah daripada mereka yang melaporkan sedikit stres.
Apa artinya ini? Bisa jadi, keyakinan kita tentang stres lebih berbahaya daripada stres itu sendiri. Ini adalah temuan yang mengejutkan dan mengubah cara kita melihat stres. Bagi McGonigal, hal ini menjadi bukti bahwa bagaimana kita berpikir tentang stres bisa sangat memengaruhi hasil akhirnya pada kesehatan kita.
Mengubah Cara Pandang terhadap Stres
Jadi, bagaimana kita bisa mengubah cara pandang kita terhadap stres? McGonigal mengungkapkan bahwa mengubah cara kita berpikir tentang stres dapat mengubah respons tubuh kita terhadapnya. Dia menggambarkan sebuah eksperimen di Harvard, di mana para peserta diajarkan untuk melihat respons stres mereka sebagai sesuatu yang membantu, bukan mengancam. Hasilnya cukup mengejutkan: mereka yang mengadopsi pola pikir ini menunjukkan respons fisiologis yang lebih sehat.
Alih-alih mengalami respons stres yang membuat pembuluh darah menyempit (yang biasanya terkait dengan penyakit kardiovaskular), pembuluh darah mereka tetap rileks --- mirip dengan respons yang terjadi saat seseorang merasa bahagia atau berani. Ini menunjukkan bahwa perubahan cara pandang kita terhadap stres dapat secara signifikan mengurangi risiko masalah kesehatan terkait stres.
Peran Oksitosin dalam Stres
McGonigal kemudian memperkenalkan kita pada oksitosin, hormon yang sering disebut sebagai "hormon pelukan". Mungkin kita tidak menyadari, tetapi oksitosin juga dilepaskan ketika kita sedang stres. Ketika hormon ini dilepaskan, ia mendorong kita untuk mencari dukungan dan memperkuat hubungan dengan orang-orang terdekat kita. Lebih dari itu, oksitosin juga melindungi sistem kardiovaskular dengan membantu pembuluh darah tetap rileks dan mendukung kesehatan jantung.
Dengan kata lain, oksitosin sebenarnya membuat respons stres kita menjadi lebih sehat. Ia mendorong kita untuk terhubung dengan orang lain, dan koneksi sosial ini pada gilirannya meningkatkan ketahanan kita terhadap stres. Jadi, daripada melihat stres sebagai sesuatu yang hanya membawa malapetaka, kita bisa melihatnya sebagai sesuatu yang dapat membantu kita membangun hubungan yang lebih kuat dan lebih sehat.
Merawat Orang Lain Sebagai Penangkal Stres
McGonigal juga mengutip penelitian lain yang melibatkan 1.000 orang dewasa selama lima tahun, di mana para peneliti melihat tingkat stres mereka dan seberapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk membantu orang lain. Temuan menarik dari penelitian ini adalah bahwa pengalaman stres besar memang meningkatkan risiko kematian sebesar 30%, tetapi efek ini tidak ditemukan pada mereka yang meluangkan waktu untuk merawat orang lain.
Ini menunjukkan bahwa membantu orang lain dapat menciptakan ketahanan dan mengurangi dampak buruk dari stres. Ketika kita berfokus pada orang lain, kita seolah-olah menciptakan semacam tameng terhadap efek negatif stres. Mungkin ini karena saat kita membantu orang lain, kita merasa lebih terhubung, merasa lebih berarti, dan pada akhirnya lebih tangguh menghadapi kesulitan.
Menghadapi Stres sebagai Bagian dari Kehidupan
McGonigal menyimpulkan bahwa cara kita berpikir dan bertindak saat stres dapat mengubah pengalaman kita terhadapnya. Melihat stres sebagai respons yang membantu bisa menciptakan apa yang disebutnya sebagai "biologi keberanian". Selain itu, menghubungkan diri dengan orang lain saat stres membuat kita lebih tangguh dan siap menghadapi tantangan. Ia mendorong kita untuk menerima stres sebagai bagian alami dari kehidupan, mempercayai diri sendiri bahwa kita mampu mengatasi tantangan, dan menyadari bahwa kita tidak sendirian.
Memilih Jalan yang Bermakna
Di sesi tanya jawab, ada pertanyaan menarik tentang apakah bijak memilih pekerjaan yang penuh stres dibandingkan pekerjaan yang lebih santai. McGonigal menjawab bahwa mengejar pekerjaan yang bermakna lebih sehat daripada menghindari ketidaknyamanan. Intinya adalah mempercayai diri sendiri untuk mengatasi stres yang datang bersama dengan pengejaran yang berarti.
Dari semua ini, McGonigal ingin kita memahami bahwa stres tidak harus menjadi musuh. Stres bisa menjadi teman yang memberi tahu kita bahwa apa yang kita lakukan penting dan berarti. Stres bisa menjadi tanda bahwa kita sedang tumbuh, belajar, dan bergerak maju. Dan ketika kita belajar untuk merangkulnya dengan cara yang lebih positif, kita bisa membangun kehidupan yang lebih sehat, lebih kuat, dan lebih terhubung dengan orang-orang di sekitar kita.
Jadi, mari kita ubah cara pandang kita tentang stres. Daripada melihatnya sebagai musuh, anggaplah itu sebagai bagian dari kehidupan yang penuh warna dan dinamis. Dengan cara ini, kita tidak hanya bertahan dari stres, tetapi juga berkembang dan menjadi lebih kuat karenanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H