Pernahkah kamu mendengar pepatah "Terlalu baik juga tidak baik"? Pepatah ini mungkin terdengar klise, tapi jika kita menerapkannya di tempat kerja, ada banyak kebenaran di dalamnya.Â
"The Problem With Being 'Too Nice' at Work," sebuah karya oleh Tessa West, menjelaskan bagaimana menjadi terlalu baik, terlalu setuju, atau terlalu sering mengalah di tempat kerja bisa membawa masalah yang tak terduga.
Bayangkan ini: Kamu baru saja masuk ke dunia kerja, dan tentu saja, kamu ingin membuat kesan yang baik. Kamu ingin disukai oleh rekan-rekanmu, dihargai oleh bosmu, dan dikenal sebagai orang yang bisa diandalkan.Â
Jadi, kamu mengatakan "ya" untuk hampir setiap permintaan, setuju dengan setiap ide, dan menghindari konflik seperti wabah.Â
Namun, seiring berjalannya waktu, kamu mulai merasa kelelahan, mungkin juga sedikit kesal. Kamu merasa seolah-olah orang lain menganggap remeh kebaikanmu, dan kamu pun mulai merasakan ketidakpuasan.
Lalu, apa sebenarnya yang terjadi di sini? Mengapa sikap terlalu baik bisa berubah menjadi masalah di tempat kerja? Mari kita bedah lebih dalam masalah ini.
Saat kamu selalu berusaha untuk menyenangkan semua orang, kamu tanpa disadari sedang mengorbankan dirimu sendiri.Â
Kamu setuju untuk melakukan tugas tambahan yang sebenarnya tidak masuk dalam tanggung jawabmu. Kamu mengorbankan waktu pribadi untuk menyelesaikan pekerjaan orang lain.Â
Meskipun niatmu mungkin baik, lama-kelamaan ini bisa menyebabkan apa yang disebut burnout atau kelelahan kronis.Â
Burnout adalah kondisi di mana kamu merasa lelah secara fisik dan emosional, kehilangan motivasi, dan merasa tidak mampu menjalankan pekerjaan dengan baik.
Menjadi terlalu baik juga bisa mengakibatkan kurangnya batasan di tempat kerja. Batasan adalah hal yang sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik.Â
Ketika kamu tidak menetapkan batasan, orang lain mungkin mulai berpikir bahwa kamu selalu tersedia kapan saja, bahkan di luar jam kerja.Â
Ini bisa menyebabkan kamu bekerja lembur tanpa bayaran tambahan, atau harus merespons email dan pesan pekerjaan saat seharusnya kamu bersantai di rumah.Â
Tanpa batasan yang jelas, kamu akan merasa sulit untuk memisahkan kehidupan pribadi dan profesional, yang akhirnya berdampak negatif pada keseimbangan hidupmu.
Tessa West juga menyoroti perasaan tidak dihargai sebagai salah satu dampak menjadi terlalu baik di tempat kerja. Ketika kamu terus-menerus setuju dengan orang lain tanpa mengungkapkan pendapatmu sendiri, orang mungkin mulai meremehkan nilai yang kamu bawa.Â
Mereka mungkin melihatmu sebagai seseorang yang mudah dipengaruhi atau tidak memiliki pendirian.Â
Ini bisa berdampak pada bagaimana rekan kerja dan atasanmu memperlakukanmu, yang pada gilirannya bisa memengaruhi kesempatanmu untuk naik pangkat atau mendapatkan pengakuan yang layak.
Lantas, bagaimana cara menghindari masalah ini? Apakah kita harus menjadi orang yang keras kepala dan tidak pernah setuju dengan orang lain? Tentu saja tidak.Â
West menyarankan kita untuk menemukan keseimbangan antara bersikap baik dan tegas. Ini artinya, kamu harus bisa mengatakan "tidak" ketika perlu, menetapkan batasan yang jelas, dan mengomunikasikan kebutuhan serta perasaanmu dengan jujur.
Tegas bukan berarti harus kasar atau egois. Tegas artinya kamu menghargai dirimu sendiri sama seperti kamu menghargai orang lain.Â
Misalnya, jika seseorang memintamu untuk mengambil alih tugas tambahan yang tidak masuk akal, kamu bisa dengan sopan menolak dan menyarankan solusi lain, seperti membagi tugas tersebut dengan orang lain.Â
Atau jika kamu merasa pekerjaanmu sudah terlalu banyak, kamu bisa berbicara dengan atasanmu dan meminta bantuan atau penyesuaian.
Mungkin ini terasa sulit pada awalnya, terutama jika kamu terbiasa untuk selalu menyenangkan orang lain. Tapi ingatlah bahwa menjaga kesehatan mental dan fisikmu adalah hal yang paling penting.Â
Jika kamu merasa dirimu sudah berada di ambang burnout, mungkin saatnya untuk mempertimbangkan kembali bagaimana kamu mendekati pekerjaanmu.
Selain itu, komunikasi yang jelas adalah kunci dalam menjaga keseimbangan ini. Jika ada sesuatu yang mengganggumu atau jika kamu merasa terlalu banyak beban, bicarakanlah.Â
Jangan biarkan rasa sungkan atau takut untuk mengecewakan orang lain menghalangimu untuk mengungkapkan apa yang kamu butuhkan.Â
Kamu berhak mendapatkan lingkungan kerja yang sehat dan adil, di mana kontribusimu dihargai dan kamu juga bisa merasa dihormati.
Jadi, apa pelajaran yang bisa kita ambil dari sini? Menjadi baik di tempat kerja tentu saja merupakan sifat yang penting dan dihargai.Â
Namun, jika kamu merasa terjebak dalam sikap terlalu baik hingga mengorbankan kesejahteraanmu sendiri, mungkin saatnya untuk mengevaluasi kembali pendekatanmu.
Mulailah dengan langkah kecil, seperti mengatakan "tidak" untuk satu tugas yang menurutmu tidak perlu kamu ambil alih, atau menetapkan waktu tertentu yang mana kamu tidak akan merespons email pekerjaan.Â
Semakin sering kamu melakukannya, semakin mudah pula bagimu untuk menemukan keseimbangan yang sehat antara menjadi baik dan tegas.
Ingat, menjadi terlalu baik di tempat kerja bisa membuatmu merasa terbebani dan kurang dihargai. Dengan menemukan keseimbangan yang tepat, kamu bisa menjaga kesehatan mental dan fisikmu, sambil tetap menjadi karyawan yang produktif dan dihargai.Â
Jadi, mulailah untuk bersikap lebih tegas dan komunikatif. Ini bukan hanya demi dirimu sendiri, tapi juga demi hubungan kerja yang lebih sehat dan harmonis di masa depan.
Pada akhirnya, keseimbangan adalah kunci. Keseimbangan antara bersikap baik dan tegas, antara membantu orang lain dan menjaga dirimu sendiri.Â
Maka dengan begitu kamu bisa menjadi versi terbaik dari dirimu di tempat kerja, tanpa harus mengorbankan kesehatan dan kebahagiaanmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H