Pernahkah kamu mendengar pepatah "Terlalu baik juga tidak baik"? Pepatah ini mungkin terdengar klise, tapi jika kita menerapkannya di tempat kerja, ada banyak kebenaran di dalamnya.Â
"The Problem With Being 'Too Nice' at Work," sebuah karya oleh Tessa West, menjelaskan bagaimana menjadi terlalu baik, terlalu setuju, atau terlalu sering mengalah di tempat kerja bisa membawa masalah yang tak terduga.
Bayangkan ini: Kamu baru saja masuk ke dunia kerja, dan tentu saja, kamu ingin membuat kesan yang baik. Kamu ingin disukai oleh rekan-rekanmu, dihargai oleh bosmu, dan dikenal sebagai orang yang bisa diandalkan.Â
Jadi, kamu mengatakan "ya" untuk hampir setiap permintaan, setuju dengan setiap ide, dan menghindari konflik seperti wabah.Â
Namun, seiring berjalannya waktu, kamu mulai merasa kelelahan, mungkin juga sedikit kesal. Kamu merasa seolah-olah orang lain menganggap remeh kebaikanmu, dan kamu pun mulai merasakan ketidakpuasan.
Lalu, apa sebenarnya yang terjadi di sini? Mengapa sikap terlalu baik bisa berubah menjadi masalah di tempat kerja? Mari kita bedah lebih dalam masalah ini.
Saat kamu selalu berusaha untuk menyenangkan semua orang, kamu tanpa disadari sedang mengorbankan dirimu sendiri.Â
Kamu setuju untuk melakukan tugas tambahan yang sebenarnya tidak masuk dalam tanggung jawabmu. Kamu mengorbankan waktu pribadi untuk menyelesaikan pekerjaan orang lain.Â
Meskipun niatmu mungkin baik, lama-kelamaan ini bisa menyebabkan apa yang disebut burnout atau kelelahan kronis.Â
Burnout adalah kondisi di mana kamu merasa lelah secara fisik dan emosional, kehilangan motivasi, dan merasa tidak mampu menjalankan pekerjaan dengan baik.