"Ke sini cuma pesan ginian doang? Enggak Cocok sama perjalanannya."
Aku tak menyahut. Kalau langsung kujawab jadi tak enak suasana ngopinya nanti. Karena aku tahu Adrian bakal kesal dengan jawabanku. Jawaban yang menurutnya terlalu didramatisir.Â
"Dasar penulis."
Begitu biasanya ia melontarkan komentar. Aku senyum-senyum saja mendengar komentarnya. Namun tidak untuk kali ini. Ya itu tadi. Bisa merusak suasana.
"Kamu mau pesan apa, Ian?" tanyaku sambil membuka-buka buku menu.
"Apa sajalah. Pilihkan saja menu yang menurutmu enak."
Kalau urusan memilih menu begini aku yang pusing. Terserah. Tapi begitu melihat menu yang datang dikomentari.
"Kok pesannya ginian sih?"
"Lha, katanya terserah aku. Gimana sih," sungutku.
"Aku pilih gudeg karena ini menu andalan di sini. Aku juga lagi kepengin. Tapi nyicipi punyamu saja ya? Aku kan sudah pesan singkong kukus dan kopi."
"Ya sudah. Kreceknya sekalian habiskan. Aku enggak suka," ujar Adrian.