Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Singkong Kukus dan Sepenggal Kisah Bersama Bapak

12 Juni 2024   08:06 Diperbarui: 12 Juni 2024   08:22 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oke."

Sore yang syahdu. Selepas hujan. Nuansa tempat makannya Jawa sekali. Menu dihadapanku sepiring singkong kukus dan secangkir kopi tubruk kesukaan bapak.

Ya, ini adalah menu kesukaan bapak. Pagi dan sore teman ngopi bapak adalah singkong kukus. Tidak pernah yang lain. Singkongnya harus yang merekah pula. Kalau singkongnya mbagel*, bapak akan misu-misu*.

"Tiap hari beli singkong kok ndak bisa membedakan mana yang empuk dan mana yang tidak?"

Meski kesal sudah capek-capek membeli dan mengukus singkongnya tetap saja dimarahi, tapi ucapan bapak benar juga. Aku yang ditugaskan membeli singkong tidak terlalu memperhatikan tekstur singkong yang empuk dan tidak.

Pokoknya ada singkong langsung beli saja. Setelah bapak marah-marah aku mulai memperhatikan dan jadi hapal jenis singkong yang empuk dan merekah saat dikukus.

"Kenapa suka sekali singkong kukus sih, Pak? Memangnya enggak bosan tiap hari makan singkong?" tanyaku suatu hari saat menemani bapak ngopi di beranda depan. Sore selepas hujan. 

Bapak terlihat menyeruput kopinya. Kemudian mengambil sepotong singkong lalu mengunyahnya perlahan.

"Kamu tahu? Singkong seperti ini merupakan makanan mewah zaman bapak kecil dulu. Zaman kondisi susah. Orang-orang cuma bisa makan tiwul dan gaplek. Bapak masih bisa makan singkong. Roti sumbu nama lainnya."

"Kalau ngomong bosan? Ya sudah sejak dulu. Wong dulu tiap hari makanan pokoknya singkong. Beras mahal. Beras dikuasai penjajah dan orang-orang kaya. Makanya bapak dendam. Bapak harus sukses dan jadi orang kaya juga agar anak cucu bisa makan nasi. Jangan seperti bapak dulu."

"Kalau sekarang singkong hanya untuk teman ngopi. Itu pun paling berapa lama sih? Umur bapak sudah berapa tinggal berapa? Bapak menikmati singkong kukus ini untuk mengenang zaman susah dulu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun