Setelah melalui beberapa pertimbangan, akhirnya undangan ke Bogor saya batalkan. Bukan tidak menghargai undangannya, tapi saya sudah beberapa kali berkunjung ke tempatnya.Â
Kita pun sudah beberapa kali bertemu. Untuk ketemuan lagi kemungkinannya mudah. Sementara dengan kerabat di Jonggol sudah 12 tahun tidak pernah bertemu.Â
Komunikasi pun baru mulai lagi akibat nomor kontak yang hilang. Jadi lebih utama berkunjung ke rumah kerabat yang di Jonggol.Â
Selain itu saya juga ingin menuntaskan rasa ingin tahu yang tertunda. Pergi ke Jonggol.
Maka begitulah. Setelah disepakati hari dan waktunya, saya pun meluncur ke daerah Jonggol. Bhutan Van Java. Begitu julukan untuk daerah Jonggol. Sebab topografi daerah Jonggol yang terdiri atas perbukitan yang curam seperti negara Bhutan.
Jonggol merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor. Daerah ini termasuk strategis karena menjadi penghubung antara wilayah Bogor, Bekasi, Jakarta, dengan Cianjur, Karawang, Purwakarta, sampai Bandung.
Tempat wisata di daerah Jonggol juga termasuk banyak. Sayang tidak didukung oleh infrastruktur yang memadai. Sehingga kemajuannya tertinggal dari daerah lain di sekitarnya seperti Cileungsi, dan Cibinong.
Bicara ketertinggalan, saya terkesima saat mengunjungi kediaman kerabat di Jonggol. Jalan menuju perumahannya masih dikelilingi sawah. Jadi ada jalanan di tengah sawah.
Bukan jalan aspal melainkan peluran. Sudah retak-retak pula. Mungkin akibat dilalui setiap hari dan terkena panas serta hujan. Mesti hati-hati. Tidak bisa melaju dengan kecepatan tinggi.
"Ini masih mending Mba. Warga mau urunan untuk melur jalan. Kalau enggak ya cuma jalanan tanah yang becek ketika hujan."
"Wuduh, hari gini masih begini kondisi jalur ke perumahan," kata saya dalam hati.