Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Begini Rasanya Tahun Baruan di Jonggol

1 Januari 2024   17:58 Diperbarui: 1 Januari 2024   18:06 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setelah 12 tahun baru berjumpa lagi dengan kerabat di Jonggol (dok. Denik)

Setelah melalui beberapa pertimbangan, akhirnya undangan ke Bogor saya batalkan. Bukan tidak menghargai undangannya, tapi saya sudah beberapa kali berkunjung ke tempatnya. 

Kita pun sudah beberapa kali bertemu. Untuk ketemuan lagi kemungkinannya mudah. Sementara dengan kerabat di Jonggol sudah 12 tahun tidak pernah bertemu. 

Komunikasi pun baru mulai lagi akibat nomor kontak yang hilang. Jadi lebih utama berkunjung ke rumah kerabat yang di Jonggol. 

Setelah 12 tahun baru berjumpa lagi dengan kerabat di Jonggol (dok. Denik)
Setelah 12 tahun baru berjumpa lagi dengan kerabat di Jonggol (dok. Denik)

Selain itu saya juga ingin menuntaskan rasa ingin tahu yang tertunda. Pergi ke Jonggol.

Maka begitulah. Setelah disepakati hari dan waktunya, saya pun meluncur ke daerah Jonggol. Bhutan Van Java. Begitu julukan untuk daerah Jonggol. Sebab topografi daerah Jonggol yang terdiri atas perbukitan yang curam seperti negara Bhutan.

Jonggol merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor. Daerah ini termasuk strategis karena menjadi penghubung antara wilayah Bogor, Bekasi, Jakarta, dengan Cianjur, Karawang, Purwakarta, sampai Bandung.

Papan petunjuk jalan arah ke Jonggol (dok. Denik)
Papan petunjuk jalan arah ke Jonggol (dok. Denik)

Tempat wisata di daerah Jonggol juga termasuk banyak. Sayang tidak didukung oleh infrastruktur yang memadai. Sehingga kemajuannya tertinggal dari daerah lain di sekitarnya seperti Cileungsi, dan Cibinong.

Bicara ketertinggalan, saya terkesima saat mengunjungi kediaman kerabat di Jonggol. Jalan menuju perumahannya masih dikelilingi sawah. Jadi ada jalanan di tengah sawah.

Bukan jalan aspal melainkan peluran. Sudah retak-retak pula. Mungkin akibat dilalui setiap hari dan terkena panas serta hujan. Mesti hati-hati. Tidak bisa melaju dengan kecepatan tinggi.

"Ini masih mending Mba. Warga mau urunan untuk melur jalan. Kalau enggak ya cuma jalanan tanah yang becek ketika hujan."

"Wuduh, hari gini masih begini kondisi jalur ke perumahan," kata saya dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun