Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Begini Rasanya Tahun Baruan di Jonggol

1 Januari 2024   17:58 Diperbarui: 1 Januari 2024   18:06 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan menuju perumahan kerabat di Jonggol (dok.Denik)

"Bapak mana, bapak mana? Di Jonggol."

Kata-kata "Di Jonggol" begitu populer pada masanya. Yakni sekitar tahun 2014-2015. Adalah artis cilik Sony Wakwaw yang turut mempopulerkan daerah tersebut melalui sinetron Emak Ijah Ingin ke Mekkah. 

Mendengar kata Jonggol, yang ada dalam benak saya adalah daerah yang jauh dan masih belum tersentuh modernisasi. Saya penasaran dong. 

"Seperti apa sih daerahnya?"

Namun untuk sengaja datang ke sana tanpa tujuan bukan kebiasaan saya. Seiring berjalannya waktu maka menguaplah rasa ingin tahu tersebut. Sampai akhirnya datanglah undangan dari salah satu kerabat jauh untuk malam tahun baruan di rumahnya.

"Ayo Mba, main ke rumah. Mumpung libur," ujar si kerabat tersebut.

Awalnya saya tidak iyakan. Sebab saya sudah ada rencana menghabiskan malam tahun baru di Bogor. Ada undangan juga dari salah satu rekan komunitas. 

Tapi begitu saya tanyakan alamat kerabat yang mengundang main tersebut. Saya terkesima. Daerahnya tempat yang ingin saya kunjungi sejak lama.

"Hah, rumah Mba tuh di Jonggol? Bukannya Cileungsi?" tanya saya.

"Ya dekatan sih. Tapi tempat saya masuknya Jonggol."

"Oalaaah."

Setelah melalui beberapa pertimbangan, akhirnya undangan ke Bogor saya batalkan. Bukan tidak menghargai undangannya, tapi saya sudah beberapa kali berkunjung ke tempatnya. 

Kita pun sudah beberapa kali bertemu. Untuk ketemuan lagi kemungkinannya mudah. Sementara dengan kerabat di Jonggol sudah 12 tahun tidak pernah bertemu. 

Komunikasi pun baru mulai lagi akibat nomor kontak yang hilang. Jadi lebih utama berkunjung ke rumah kerabat yang di Jonggol. 

Setelah 12 tahun baru berjumpa lagi dengan kerabat di Jonggol (dok. Denik)
Setelah 12 tahun baru berjumpa lagi dengan kerabat di Jonggol (dok. Denik)

Selain itu saya juga ingin menuntaskan rasa ingin tahu yang tertunda. Pergi ke Jonggol.

Maka begitulah. Setelah disepakati hari dan waktunya, saya pun meluncur ke daerah Jonggol. Bhutan Van Java. Begitu julukan untuk daerah Jonggol. Sebab topografi daerah Jonggol yang terdiri atas perbukitan yang curam seperti negara Bhutan.

Jonggol merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor. Daerah ini termasuk strategis karena menjadi penghubung antara wilayah Bogor, Bekasi, Jakarta, dengan Cianjur, Karawang, Purwakarta, sampai Bandung.

Papan petunjuk jalan arah ke Jonggol (dok. Denik)
Papan petunjuk jalan arah ke Jonggol (dok. Denik)

Tempat wisata di daerah Jonggol juga termasuk banyak. Sayang tidak didukung oleh infrastruktur yang memadai. Sehingga kemajuannya tertinggal dari daerah lain di sekitarnya seperti Cileungsi, dan Cibinong.

Bicara ketertinggalan, saya terkesima saat mengunjungi kediaman kerabat di Jonggol. Jalan menuju perumahannya masih dikelilingi sawah. Jadi ada jalanan di tengah sawah.

Bukan jalan aspal melainkan peluran. Sudah retak-retak pula. Mungkin akibat dilalui setiap hari dan terkena panas serta hujan. Mesti hati-hati. Tidak bisa melaju dengan kecepatan tinggi.

"Ini masih mending Mba. Warga mau urunan untuk melur jalan. Kalau enggak ya cuma jalanan tanah yang becek ketika hujan."

"Wuduh, hari gini masih begini kondisi jalur ke perumahan," kata saya dalam hati.

Saya sih senang-senang saja. Masih asri dan alami. Jauh dari polusi. Tapi jauh kemana-mana. 

Begitu saya tiba ditujuan. Tak lama turun hujan. Syukurnya sudah sampai di rumah si kerabat. Kalau hujan pas di tengah sawah mau berteduh di mana coba?

Jadi walau hujan tetap bersyukur karena tidak kehujanan. Ternyata hujannya awet. Sampai malam belum reda juga. 

Awalnya ingin keliling sekitar perumahan melihat warga yang membuat acara kumpul-kumpul. Berhubung hujan jadi hanya ngobrol, nonton televisi, dan nyamil di rumah. 

Pukul 10 malam mata sudah 5 watt. Masuk kamar terus tidur. Tengah malam terjaga karena mendengar suara pesan masuk yang isinya ucapan selamat tahun baru. 

Ya, ampun sudah tahun baru saja. Saya tidak mendengar suara terompet, kembang api atau petasan. Hanya suara jangkrik krik krik yang terdengar. 

Berhubung masih tengah malam, saya pun melanjutkan tidur saja lagi. Tahun baru kali ini serasa liburan di tempat yang tenang dan jauh dari keramaian. Padahal sekitar 2 jam dari Jakarta. 

Tidak masalah sih. Apalagi pada dasarnya saya kurang suka dengan keramaian. Jadi tahun baru di Jonggol ibarat healing akhir tahun. Tuntas sudah rasa penasaran saya tentang Jonggol. 

Kalau ada yang bertanya kepada saya, "Mau kemana libur akhir pekan? Bolehlah saya jawab ke Jonggol." 

Senin, 1 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun