SARI KOESWOYO. Â Saat mendengar namanya memori kita pasti langsung tertuju pada satu ikon, yaitu mantan penyanyi cilik. Ya, Sari Koeswoyo memang mantan penyanyi cilik dengan lagu hitsnya Kemarau.
Mengawali karir sebagai penyanyi cilik pada tahun 1978. Tentu generasi tahun 70-an tidak asing dengan sosok Sari Koeswoyo. Â Namanya berkibar di antara nama-nama penyanyi cilik lainnya seperti Chica Koeswoyo, Adi Bing Slamet, Yoan Tanamal dan seterusnya.
Namun yang mendasari saya untuk menghadiri Gelar Karya Tunggal Sari Koeswoyo, Lakonmu Opo? Event KOTEKA Trip 9 dengan Sari Koeswoyo bukan untuk mengulik sosoknya sebagai mantan penyanyi cilik. Melainkan sosoknya sebagai perupa.
Ini sangat menarik. Sebab kebanyakan orang begitu disebut nama Sari Koeswoyo langsung nyletuk.
"Oh, yang dulunya penyanyi cilik itu ya?"
Maka yang ingin diketahui tentang karir menyanyinya dulu dan kini.
Tidak salah. Tapi itu dulu. Sari sekarang yang akan dijumpai adalah sosok perupa yang karyanya akan dinikmati bersama teman-teman KOTEKA, melalui Gelar Tunggal Karya Sari Koeswoyo "Lakonmu Opo?"
Lakonmu Opo? Memamerkan karya Sari Koeswoyo berupa lukisan. Yang mana goresan dalam kanvas lukis tersebut memiliki cerita masing-masing. Mulai dari lukisan yang berjudul Mbok Mbik (Mbok Emban), Bukan Wani ditata ( PerEMPUan), sampai Wahyu Temurun.
Menariknya lagi, cerita dan kisah yang ia tuangkan dalam kanvas berbentuk wayang. Sebuah kisah yang tak asing bagi Sari Koeswoyo. Sejak kecil ia kerap didongengkan tentang wayang oleh sang ayah.Urusan coret mencoret alias melukis bukan hal baru bagi Sari. Â Sudah lama ia tekuni hobi tersebut, tapi baru tahun 2022 ia benar-benar serius melukis di kanvas hingga terlaksana sebuah pameran tunggal.
"Lha, itu yang mengkompiri!" tunjuk Sari Koeswoyo pada sosok perempuan manis bernama Kana Fuddy Prakoso.
"Saya bukannya tidak ingin memamerkan karya. Tapi masih nanti dulu deh. Kalau beramai-ramai masih okelah. Eh, dari ngobrol dan curhat-curhatan. Tercetuslah ide untuk menggelar karya tunggal ini.'"Saya sangat berterima kasih sekali pada Kana yang mengkompori. Hingga tepat di hari ulang tahun saya pada 20 Agustus 2023 gelar karya tunggal ini terlaksana."
Nah, sesuatu yang beda bukan. Sebagai penikmat wayang. Meski bukan yang paham sekali. Beberapa tokoh pewayangan cukup familiar juga di telinga saya.
Maka tergelitik hati ini untuk mengetahui, siapa tokoh pewayangan yang dikagumi oleh seorang Sari Koeswoyo.
"Dewi Laksmi," sambil memamerkan tato sang Dewi di lengan kirinya.
Wow. Luar biasa sekali totalitasnya dalam mengagumi sosok sang Dewi. Tapi tidak salah sih. Â Sebab Dewi Laksmi melambangkan kemakmuran, keberuntungan, kesuburan, kecantikan, cinta, dan pengetahuan.
Saya semakin tertarik untuk mengulik lebih jauh tentang pewayangan dengannya. Sayang karena keterbatasan waktu, pertemuan ini pun harus diakhiri. Mba Gana selaku ketua KOTEKA pun akan bersiap-siap untuk terbang kembali ke Jerman.
Akhir pekan yang manis di Ruang Garasi Gandaria. Mendengar langsung penjelasan dari sang perupa tentang karya yang digelarnya. Yang tidak ada 24 jam dalam  menggoreskan kehaluaannya ke dalam kanvas. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H