Kisah keangkeran makam jeruk purut sudah bukan rahasia lagi. Semua orang tahu kisah-kisah mistis yang menyelimuti makam tersebut. Saya sih tahunya dari membaca berita dan film-film horor Indonesia, yang mengambil latar makam jeruk purut.
Kalau mengalami secara langsung kejadian aneh di sana belum pernah sih. Meski beberapa kali melintas di daerah sana pada malam hari. Duh, jangan sampai mengalami deh. Karena saya penakut. Saya selalu komat-kamit membaca doa-doa kalau melintasi daerah sana.
Namun malam ini, beberapa saat sebelum saya menuliskan kisah ini. Saya baru selesai telepon-teleponan dengan teman saya yang seorang ojol. Ia baru saja menurunkan penumpang perempuan di tengah makam jeruk purut. Begitu memutar motornya balik ke arah keluar, si perempuan tadi sudah tidak ada.
Hilang begitu saja di tengah pemakaman. Teman saya langsung memacu sepeda motornya dan berhenti di pos satpam.
"Pak, memangnya di tengah sana ada rumah penduduk ya?" tanya teman saya.
"Oh, enggak ada. Adanya ya kuburan saja?"
"Tapi tadi saya menurunkan penumpang di sana. Anehnya dia hilang begitu cepatnya," sahut teman saya sambil ngotot.
"Iya, tapi sejak masuk tadi situ enggak bonceng siapa-siapa."
"Masa sih," sahut teman saya kebingungan.
"Tenang saja. Sudah sering kejadian macam itu. Jadi saya diamkan saja. Nanti juga balik lagi," kata si satpam dengan santainya.
"Hah, sudah sering. Berarti berita yang gue baca bukan karangan semata ya? Kisah nyata," kata saya begitu mendengar secara detail cerita dari si teman.
"Ya, benerlah. Ini gue ngalamin sendiri," sahut teman saya.
"Eh, coba cek saldo gopaynya? Masih ada gak? Masuk gak?" tanya saya merasa penasaran.
Kalau dari cerita yang saya baca, kisah semacam ini ketika membayar dengan uang maka begitu si penumpang gaib tersebut hilang, uangnya berubah menjadi daun.
"Masih ada nih. Masuk kok, " kata teman saya.
Berarti reel. Nyata. Di era digital ini si penghuni jeruk purut ingin merasakan juga rasanya naik ojol.
Kisah ini diawali dari orderan yang masuk di akun driver teman saya. Usai ia menurunkan penumpang di daerah Pluit. Arah tujuan lumayan jauh, ke Cilandak. Argo lumayan besar. Jadi diambil.
Waktu menunjukkan pukul 22.30 WIB. Jalanan tidak terlalu macet. Jadi meski di chat tidak menjawab, tapi teman saya tetap menjemputnya sesuai titik yang diberikan.
"Argonya gede, ambil sajalah."
Begitu pikir teman saya. Titik penjemputan rupanya di tepi Jalan yang sepi. Si penumpang perempuan mengenakan gaun putih. Begitu dikonfirmasi dan menjawab iya, bahwa arah tujuan sesuai map. Teman saya langsung memacu sepeda motornya begitu si penumpang sudah naik ke atas motor.
Sepanjang perjalanan teman saya hanya fokus di map. Jadi tidak ngobrol sama sekali. Begitu tiba ditujuan kok gerbang makam jeruk purut, teman saya mulai tidak enak hati.
"Ini bener di sini Bu alamatnya?"
"Iya. Masuk saja sampai ke tengah."
Teman saya mengikuti arahannya. Begitu tiba di tengah minta berhenti dan menghilang. Teman saya baru sadar atas apa yang menimpa dirinya. Oleh karenanya ia menelpon saya.
"Barusan gue dapat orderan dari penghuni makam jeruk purut."
Hiiiiiiiiiiiiii...
(EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H