Sekali lagi saya tidak apa-apa kok. Karena itu tadi. Saya sudah bersedia hadir. Jadi apa yang mereka rayakan bukan tidak menghargai orang puasa. Tidak sama sekali. Semua saya kondisikan biasa saja dan baik-baik saja.
Justru dijadikan guyonan ketika ada yang permisi karena makan dihadapan saya.
"Maaf ya bu, jadi tidak menawarkan makanan pada ibu."
"Oh, tidak apa-apa. Yang penting nanti begitu pulang bungkusan saya besar."
Canda tawa yang mencairkan suasana. Tanpa saya minta pun suguhan untuk saya sudah disiapkan.
Usai acara kami ngobrol santai dan berbincang-bincang mengenai banyak hal. Semua terasa indah dalam bingkai silaturahmi.
Hikmah yang bisa dipetik dari peristiwa tersebut? Ramadan bukan penghalang dalam melakukan aktivitas. Â Perbedaan agama bukan alasan untuk tidak menjalin silaturahmi.Â
Saling menghargai cara ibadah dan kebiasaan masing-masing agama, itu kunci kerukunan. Di mana pun kita berada. Dan dengan siapa pun itu.
Inilah kisah inspiratif Ramadan yang saya alami sendiri. Bagaimana dengan Anda? (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H