"Enggak ah. Takut ketahuan Nyai lo (neneknya)."
"Kagak. Kan enggak ada bekas kita minum. Kita minum kayak biasa. Langsung dari kendinya," kata teman saya.
Membayangkan air dari kendi yang segar dan dingin, saya pun mulai tergoda.
"Beneran enggak ketahuan Nyai nih?"
"Kagak. Makanya buruan. Jangan berisik."
Nyai teman saya termasuk keras dan disiplin dalam urusan agama. Teman saya pernah kena pukul karena lalai dari salat. Jadi saya takut juga kalau sampai ketahuan. Bisa kena marah.
Tapi kesegaran air dari kendinya begitu menggoda iman. Saya pun akhirnya memutuskan untuk mokel.
"Ya udah deh gue minum juga. Haus banget soalnya. Tapi di mana nih minumnya biar enggak ketahuan. Biar pun Nyai enggak tahu, tapi Tuhan bisa melihat perbuatan kita loh."
"Ah, susah amat. Tuh masuk kolong aja. Minumnya di sana. Tuhan enggak bakalan melihat kita."
Namanya juga anak-anak yang belajar mengajinya masih malas-malasan. Lebih banyak mainnya pula. Jadi urusan agama belum paham sekali. Kita tahunya Tuhan ada di atas langit.
Tuhan bisa melihat seperti halnya kita. Jadi kalau kita berada di ruang tertutup atau tempat tersembunyi, Tuhan juga tidak bisa melihat perbuatan kita. Jadilah saya bergantian masuk kolong hanya untuk mengelabui Tuhan.