Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sang Maestro, Sisi Lain Seorang Christian Hadinata

24 Maret 2023   07:50 Diperbarui: 24 Maret 2023   07:56 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Christian Hadinata (dokpri)

Bagi pecinta olahraga bulutangkis tentu sudah tak asing dengan pemain satu ini. Pebulutangkis era 70-80-an. Christian Hadinata. Sang legenda bulutangkis yang prestasinya tak diragukan lagi.

Berkat prestasinya tersebut, ia dimasukkan ke dalam Badminton Hall of Frame tahun 2001 mengikuti jejak Rudi Hartono. Badminton Hall of Frame sebuah penghargaan bagi pebulutangkis yang sudah gantung raket dan menorehkan prestasi luar biasa.

Christian Hadinata merupakan pebulu tangkis Indonesia keturunan Tionghoa yang lahir di Purwokerto, 11 Desember 1949. Pemain ganda yang bermain untuk campuran juga. Tidak banyak pemain yang bisa merangkap seperti ini. Bisa dibilang jarang.

Tapi Christian Hadinata pengecualian. Bahkan ia pernah mengawinkan dua gelar tersebut dalam satu event. Gelar juara ganda putra dan gelar juara ganda campuran. Prestasi yang bisa dibilang luar, luar biasa hebat.

Yakni pada kejuaraan dunia tahun 1980. Di sektor ganda putra ia berpasangan dengan Ade Chandra. Di sektor ganda campuran ia berpasangan dengan Imelda Gunawan. Bersama pasangan yang berbeda tapi menghasilkan gelar yang sama. Yaitu gelar juara dunia.

Tak ada pemain yang berani melakukan hal demikian. Bermain secara bersamaan dengan posisi berbeda. Selain membutuhkan stamina yang kuat, juga membutuhkan kecocokan terhadap pasangan bermain, dan itu bukan hal mudah. Tapi Christian Hadinata mampu melakukannya.

Itulah sisi lain dari Christian Hadinata yang membuat saya mengagumi sosoknya. Hingga melambungkan mimpi untuk suatu saat bisa berjumpa secara langsung. Beberapa tahun kemudian, akhirnya mimpi itu terwujud. Saya bisa bertemu dengan Christian Hadinata.

Senang dong? Pastinya. Kapan lagi bisa bertemu dengan legenda bulutangkis sehebat itu. Satu hal lagi yang membuat saya kagum dengan sosok Christian Hadinata. Sikap sportif dan fair play yang ia contohkan dalam sebuah pertandingan.
Pada final Thomas Cup 1986 di Istora Senayan.

Christian Hadinata menunjukkan sikap sportif dan fair playnya. Dalam satu game shuttlecock lawan jatuh di luar garis. Otomatis poin untuk pasangan Christian Hadinata. Namun dengan jujur ia mengatakan bahwa shuttlecock menyentuh rambutnya.

Meski tidak terlihat tapi ia merasakannya. Hal tersebut yang mengusik nuraninya. Untuk jujur atau membiarkan semua berlalu begitu saja. Ternyata ia memilih jujur. Kejujuran yang sudah langka. 

Apalagi  dibayar dengan kekalahan. Begitulah Christian Hadinata. Yang membuat saya kagum. Tak hanya dalam hal prestasi. Melainkan juga dalam hal attitude. Dua hal yang belum tentu bisa seiring sejalan.

Apalagi dengan posisi sebagai bintang. Sangat manusiawi jika ada perasaan "wah" dan merasa di atas dari yang lain. Sehingga riskan untuk melakukan kesalahan.

Sikap Christian Hadinata patut ditiru. Tak hanya prestasinya saja yang dilihat. Meski tidak harus "plek" alias sama persis. Setidaknya mendekatilah. Misalnya dalam hal prestasi.

Christian Hadinata awalnya bermain di sektor tunggal putra. Dan berhasil menorehkan prestasi. Ketika di tempatkan di sektor ganda putra, ia juga menorehkan prestasi. Menjadi salah satu ganda putra yang ditakuti lawan. Tentu saja karena kehebatannya.

Begitu di tempatkan lagi di sektor lain. Yakni di sektor ganda campuran. Christian Hadinata tetap memberikan yang terbaik dan mempersembahkan gelar juara. Hal tersebut patut dicermati dan dicamkan oleh semua.

Tidak hanya bagi pemain bulutangkis atau pemain olahraga lain. Melainkan juga oleh kita semua. Bahwasanya, dengan siapa pun kita bekerjasama. Tunjukkan prestasi diri kita. Kemampuan kita. Tanpa dalih apapun.

Artinya tidak ada alasan atau pasal-pasal lain yang menghalangi kita untuk berprestasi. Misalnya alasan ketidakcocokan dengan pasangan. Tempat latihan yang tidak sesuai dengan keinginan kita dan lain-lain.

Yang paling penting adalah diri kita. Kemampuan diri. Di mana pun berada dan dengan siapa pun itu. Tunjukkan bahwa kita bisa. Ini loh saya. Ayo maju bersama saya. Ayo sama-sama kita lakukan yang terbaik.

Itulah sisi lain seorang Christian Hadinata yang patut diteladani. Sang maestro dan legenda bulutangkis Indonesia. Salam hormat Koh. (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun