Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jelajah Cikarang Bersama Click Kompasiana Memberi Pengalaman Luar Biasa

26 Februari 2023   15:45 Diperbarui: 31 Maret 2023   15:47 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir pekan terakhir di bulan Februari 2023 membawa kesan tersendiri bagi saya. Bagaimana tidak? Saya yang selama ini kemana-mana mengendarai sepeda motor, kali ini dengan "terpaksa" naik angkutan umum untuk suatu acara.  Yakni Jelajah Cikarang bersama Click Kompasiana.

Clik Kompasiana adalah salah satu komunitas di Kompasiana.  Komunitas Kompasianer Pengguna Commuter Line, MRT dan LRT. Nah, saat Jelajah Cikarang peserta diajak naik commuter line untuk menuju daerah Cikarang. Untuk itu pusat titik kumpul (tikum) adalah Stasiun Manggarai.

Awalnya saya santai saja. Rencananya ingin naik motor saja langsung ke daerah Cikarang. Jadi bertemu teman-teman di sana. Ternyata hujan lebat sejak malam hari dan esok pagi menjelang hari keberangkatan. Informasi yang saya terima beberapa titik banjir parah.

Duh, saya tidak mau ambil risiko terjebak banjir. Terpaksa harus naik angkutan umum nih. Sementara saya sudah lama tidak pernah naik angkutan umum jarak jauh semacam ini. Dengan perubahan dari berbagai segi. Angkutan yang dinaiki dan cara pembayaran.

Saya terakhir naik angkot masih dengan sistem bayar tunai. Sekarang sudah dengan sistem kartu. Jadi lumayan jauh perubahannya. Berhubung naik angkot maka saya harus pagi-pagi sekali berangkat.

Perjalanan Tangerang-Manggarai

Pukul 06.30 WIB saya berangkat dari rumah. Cuaca gerimis mengundang. Eh, gerimis saja. Kalau gerimis mengundang judul lagu ya? Dari depan rumah, saya mesti naik angkot untuk menuju halte Transjakarta.

Tunggu punya tunggu angkotnya tidak datang-datang. Saya mulai senewen. Sekitar 20 menitan menunggu baru angkotnya muncul. Saya langsung duduk di bangku kosong dekat jendela. Beberapa penumpang memperhatikan saya terus. Dalam hati kenapa nih?

Tak lama ada penumpang yang nyletuk.

"Kartunya mana, Neng? Sini saya kasihkan sopirnya?"

Oalaaah, rupanya kartu tanda pembayarannya diserahkan ke sopir begitu naik. Saya pikir nanti saja saat turun. Ya, ya jadi dapat pengalaman baru.

Tak lama angkot yang saya naiki tiba di halte Transjakarta. Seluruh penumpang turun di sana. Saya mengikuti orang-orang. Tiba di halte Transjakarta dicegah oleh petugasnya saat ia melihat kartu yang saya pegang.

"Oh, ibu pakai kartu ini? Lewat sini saja," kata si petugas.

"Nanti begitu turun baru di tap?" kata si petugasnya lagi.

Jadi saya tidak ikut antrean. Oh, kartu yang saya gunakan termasuk yang diprioritaskan. Pokoknya mengikuti arahan si petugas saja deh.

Saya juga bertanya kepada si petugas, di mana saya transit untuk menuju stasiun Manggarai? Si petugas menjelaskan kalau saya nanti transit di halte CSW. Dari sana lanjut yang ke Manggarai.

Saya ikuti arahan petugasnya. Tiba di halte CSW langsung bertanya lagi di mana menunggu bus yang ke Manggarai? Karena di sana kan banyak jalur. Saya pun di arahkan untuk naik lift. Kebetulan ada petugas yang ingin ke jalur Manggarai. Petugas tersebut yang menemani saya sampai busnya datang.

Wah, baik ya petugasnya? Cukup lama juga busnya baru tiba. Saya sudah senewen lagi. Takut terlambat. Begitu busnya tiba betapa leganya hati saya. Apalagi setelah busnya berhenti di stasiun Manggarai. Saya langsung mengikuti orang-orang saja.

Saya kembali bertanya kepada petugas yang ditemui. Menanyakan jalur 8 yang menjadi titik kumpul perjalanan kali ini. Begitu menaiki tangga stasiun dan melihat lalu lalang orang di sana. Saya sadari bahwa pagi itu saya berada di stasiun Manggarai yang sempat viral dengan keruwetannya.

"Karena Clikc Kompasiana saya menjejakkan kaki di stasiun Manggarai," kata saya sambil mengamati sekitar dan menulis pesan di WAG kalau saya sudah tiba di tikum.

Cikarang yang Membuat "Wow"

Satu per satu peserta tiba di tikum. Say hi dan cipika-cipiki mewarnai suasana. Senang karena bisa berjumpa secara langsung lagi dengan teman-teman.

Begitu semua peserta yang tikum di stasiun Manggarai tiba, kita semua segera menaiki commuter line jurusan Cikarang.

Di dalam kereta (dokpri)
Di dalam kereta (dokpri)

Di dalam commuter line peserta terpencar mengikuti bangku yang kosong. Saya, Mba Hiqud, dan Mba Yayat satu deretan.  Ini pengalaman pertama saya juga naik commuter line dari stasiun Manggarai. Seru juga. Saya jadi tahu beberapa stasiun yang dilalui sebelum tiba di stasiun Cikarang.

Sekitar satu jam perjalanan, akhirnya rombongan tiba juga di stasiun Cikarang. Saya yang baru pertama juga menjejakkan kaki di sini langsung eksplore tiap sudut stasiun. Mumpung di sini? Beberapa peserta sudah menunggu di sana. Termasuk mas Kamil dari Kompasiana.

Dari stasiun rombongan naik angkot merah menuju lokasi pertama yang dikunjungi. Yaitu Saung Ranggon. Salah satu situs cagar budaya yang ada di daerah Cikarang.

Saya baru tahu kalau di Cikarang ada cagar budaya. Saya tahunya kota industri. Menarik sekali. Apalagi begitu tiba di lokasi tujuan. Wow, ternyata benar ada cagar budaya di sana. Berupa saung yang sudah ada sejak abad ke-16.

Saung Ranggon (dokpri)
Saung Ranggon (dokpri)

Suasananya adem di sana. Masih banyak pepohonan dan jauh dari keramaian. Kalau tidak ingat masih ada tempat yang ingin dikunjungi, ingin rasanya rebahan sejenak di musalah.

Berhubung mengejar waktu juga agar tidak kesorean. Perjalanan pun dilanjutkan untuk menuju Taman Buaya. Tempat penangkaran buaya terbesar di Asia. Tapi di tengah perjalanan sempat berhenti sebentar untuk makan siang. Warung makan Padang pilihan termudah dan terpercaya.

Saya memilih lauk telur dadar, gulai nangka, daun singkong, sambal hijau dan peyek udang. Begitu saja? Iya. Saya suka nasi Padang tuh daun singkong dan sambal hijaunya. Juga peyek udangnya.

Menu makan siang (dokpri)
Menu makan siang (dokpri)

Lauk lainnya paling ikan dan ayam bakar. Rendang dan sayur berkuah lainnya kurang suka. Lidah Jawa sekali deh. Sukanya sayur yang bening-bening.

Usai makan siang perjalanan dilanjutkan lagi dalam kondisi mengantuk. Biasalah, perut kenyang tinggal mengantuknya. Ditambah jalanan sedikit macet. Situasi yang tepat untuk memejamkan mata.

Kurang lebih 30 menit perjalanan, angkot yang kita tumpangi tiba di tujuan. Taman Buaya Indonesia Jaya. Patung buaya ukuran besar menyambut pengunjung yang datang. 

Setelah membeli tiket masuk, rombongan masuk ke dalam taman dan langsung menuju kolam besar yang isinya buaya semua.

Patung buaya (dokpri)
Patung buaya (dokpri)

Awalnya sempat terpikir buaya di sana patung. Karena posisinya benar-benar anteng, tak ada gerakan, pun posisi buaya yang mulutnya menganga. Diam tanpa kata. Eh, diam tanpa gerakan. Diam tanpa kata sih judul lagunya D'Masiv.

Begitu ada buaya yang bergerak dan berkelahi. Barulah sadar bahwa di kolam itu buaya semua. Wah, besar-besar sekali. Ngeri juga kalau berhadapan dengan buaya secara langsung. Buaya darat saja menakutkan. Ini buaya sebenarnya. Pokoknya jangan dekat-dekat buaya deh. Bahaya.

Asli seru sekali perjalanan kali ini. Tidak mengira ada tempat menarik di daerah Cikarang. Puas melihat-lihat buaya, termasuk buaya putih dan buaya buntung. Rombongan pun kembali melanjutkan perjalanan. Ke stasiun Cikarang lagi untuk kembali ke Jakarta.

Peserta Jelajah Click Cikarang (dok.kompasiana)
Peserta Jelajah Click Cikarang (dok.kompasiana)

Di dalam commuter line rombongan terpencar beda gerbong. Karena suasana sudah ramai juga. Semakin ke sini gerbong kereta semakin padat. Sadar bahwa akan sulit untuk say good bye secara langsung. Akhirnya melalui WAG masing-masing kita berpamitan.

"Kita berteman. Tapi tiba di stasiun Manggarai masing-masing ya? Hati-hati semuanya. Sampai jumpa di trip berikutnya."

Stasiun Manggarai mempertemukan kita. Stasiun Manggarai memisahkan kita juga. Terima kasih Click Kompasiana. Jelajah Cikarang memberi pengalaman luar biasa bagi saya.

Nantikan cerita selanjutnya tentang Saung Ranggon dan Taman Buaya ya teman-teman? Sampai jumpa. Salam hangat selalu. (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun