Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Raga di Ujung Tahun 2023, Hati Masih di Akhir Tahun 2020

31 Desember 2022   13:24 Diperbarui: 31 Desember 2022   13:49 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat singgah di sebuah desa di NTT (dokpri)

Tak terasa tahun 2022 akan segera berlalu. Tahun 2023 tinggal hitungan jam. Ada banyak pencapaian yang diraih tahun 2022. Ada banyak harapan yang dicanangkan tahun 2023.

Semua menjadi refleksi dan introspeksi diri untuk bisa menjadi lebih n kehidupan. Ada yang dicapai ada yang tak tergapai. Ada yang tertinggal ada yang berlalu.

Pencapaian yang diraih semoga meningkatkan rasa syukur di hati. Raihan yang belum tergapai semoga menjadi penyemangat diri. Lalu bagaimana dengan sesuatu yang masih tertinggal? Yang seharusnya dibiarkan berlalu?

Kalau itu berkaitan dengan hati. Susah move on orang biasa menyebutnya. Tergantung kondisi. Kalau susah move onnya karena sesuatu yang menyakitkan hati, bodohlah kita. Menyiksa diri sendiri saja. Seharusnya bangkit dan menunjukkan kualitas diri.

Tapi kalau susah move onnya karena sebuah pencapaian yang baik. Tentu tidak dilarang. Tapi jadikan penyemangat diri juga untuk bisa mewujudkan impian yang lain.

Sebagai penyuka jalan-jalan alias traveling. Saya memiliki tempat-tempat impian yang ingin dikunjungi. Beberapa tempat tersebut pada akhirnya bisa dicapai. Salah satunya perjalanan ke Pulau Timor di akhir tahun 2020.

Tepatnya ke Atambua, Pulau Semau dan Kota Kupang. Menjejakkan kaki ke Atambua dengan perbatasan RI-Timor Leste merupakan mimpi saya sejak lama. Semua gara-gara cerita anak band yang akan konser di sana.

Saya mengenal baik keluarga salah satu band papan atas Indonesia. Ketika sedang berkunjung ke rumah salah satu personil band tersebut, mereka sedang bercerita tentang rencana konser ke Atambua.

Kedengarannya senang sekali dan merasa bangga gitu. Beberapa kali membaca berita ternyata ada band lain yang menceritakan kebanggaan mereka bisa konser ke Atambua. Saya jadi berpikir.

"Ada apa dengan Atambua?"

Setelah searching dan mengetahui tentang Atambua. Saya jadi ingin juga pergi ke sana. Tapi membayangkan jauhnya dan biaya ke sana, saya pesimis. Apa bisa?

Ternyata selama masih ada di dunia, apa sih yang tidak mungkin? Asal berani bermimpi, selama ada niat, tinggal menunggu waktu saja, pasti terwujud. Saya sendiri tidak menyangka ketika tiba-tiba mendapat tawaran untuk pergi ke sana?

"Hah, ke Kupang? Ke Atambua? Ke Pulau Semau? Maulah."

Begitu reaksi saya. Meski setelahnya sempat bimbang. Karena tahun 2020 covid-19 sedang tinggi-tingginya. PCR wajib dilakukan. Jika terindikasi positif harus diisolasi. Saya membayangkan kalau dari sana hasil PCR saya positif maka saya tidak bisa kembali ke Jakarta sesuai jadwal.

Saya tidak bisa membayangkan harus isolasi di tempat yang jauh dari keluarga dan tidak mudah dijangkau. Tidak seperti Jakarta-Tangerang. Duh, membayangkan semua itu rasanya kok ragu. Tapi mengingat ini kesempatan yang belum tentu terulang lagi. Maka saya mantapkan hati untuk berangkat.

Saat singgah di sebuah desa di NTT (dokpri)
Saat singgah di sebuah desa di NTT (dokpri)

Maka begitulah. Dua hari sebelum natal saya terbang ke Kupang dengan waktu penerbangan pukul 03.00 WIB dari bandara Soekarno Hatta. Pukul 06.00 WITA tiba di bandara El Tari. Di sana sudah ditunggu oleh mobil travel yang akan menemani selama perjalanan ke tiga tempat.

Perjalanan pertama langsung menuju Atambua. Jadi saya melakukan perjalanan darat kurang lebih 7 jam perjalanan. Cukup melelahkan. Tapi terobati dengan pemandangan indah dan alami yang dilalui. Bukit, padang rumput, pantai, dan rumah adat serta penduduk yang ramah.

Sopir travelnya sangat baik sekali. Selama perjalanan menyinggahi beberapa tempat menarik yang tidak saya ketahui. Jadi tidak langsung ke tujuan yaitu Atambua. Sekali mendayung dua tiga pulau dilalui.
Sudah gitu bagus pula hasil jepretannya.

Beberapa kali saya diminta pose di tempat yang menurutnya bagus. Dan memang bagus. Wah, tak sia-sia perjalanan 7 jam melewati bukit dan pantai. Banyak spot bagus yang didapatkan.

Pantai Otan, Pulau Semau (dokpri)
Pantai Otan, Pulau Semau (dokpri)

Apalagi spot pantainya. Wah, pantai di wilayah Timur Indonesia memang juara kok. Itu baru perjalanan saya menuju Atambua. Belum lagi perjalanan ke Pulau Semau yang pantainya masih alami. Artinya tidak semua dikelola oleh sebuah resort.

Ketika kembali ke Kota Kupang, saya sempatkan untuk ijak-ijik sendiri. Artinya tidak diantar sopir. Saya ingin merasakan naik angkutan umum di sana. Berhenti di tempat yang sekiranya menarik. Memang menarik dan menjadi pengalaman baru.

Naik angkutan umum di daerah sana berbeda dengan di Pulau Jawa. Musiknya kencang sekali seperti di diskotik. Atribut di mobil angkotnya pun macam-macam. Pokoknya ramai luar dalam. Saya bahkan mesem-mesem sendiri membaca tulisan yang ada di angkot.

Selama satu Minggu di sana sedikit-sedikit pahamlah bahasa Kupang. Makanya ketika menemukan tulisan yang lucu bisa senyum-senyum sendiri. Sungguh pengalaman yang tak akan terlupakan.

Seminggu di sana terasa kurang. Oleh karenanya kerap belum move on dari perjalanan ke sana. Padahal sudah 2 tahun berlalu. Raga sudah di ujung tahun 2023. Tapi hati masih di akhir 2020. Eaaa..

"Selamat Tahun Baru 2023"

Semoga teman-teman Kompasianer diberikan kesehatan senantiasa. Dilancarkan rezekinya juga. Aaamiin. (EP)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun