Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Antara Aku, Buku, dan Buah Delima Ibu Asita

18 Desember 2022   18:59 Diperbarui: 18 Desember 2022   19:03 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Asita membubuhkan tanda tangannya di helm saya (dokpri)

Sebagai Kompasianer yang baru aktif menulis dan berkegiatan di Kompasiana, tak banyak Kompasianer yang saya kenal secara langsung. Paling hanya beberapa saja yang kebetulan bertemu di event blogger lain atau yang sering bertemu di acara nangkring yang diadakan oleh Kompasiana.

Nah, dari acara offline yang diadakan Kompasiana, saya mengenal ibu Asita Suryanto secara langsung. Kalau tidak salah dalam acara Nangkring di daerah Senopati. Tentu saja saya merasa senang. Karena selama ini hanya mengenal beliau lewat tulisan.

Dari obrolan selama acara barulah diketahui kalau kami sama-sama tinggal di Tangerang. Beliau mengundang saya untuk singgah ke rumahnya. Tentu saja saya sambut dengan gembira undangan tersebut. Meski tidak saat itu juga.

Waktu berlalu dan undangan tersebut menguap begitu saja. Tergerus waktu dan kegiatan akhir pekan yang tak terduga. Sampai akhirnya saya kembali bertemu dengan bu Asita dalam satu acara di museum tekstil.

Saya dan bu Asita (dokpri)
Saya dan bu Asita (dokpri)

Seingat saya acara pembacaan puisi oleh beberapa artis seperti Paramitha Rusady, Ira Wibowo dan Ine Febriyanti. Kebetulan saya suka dan waktunya longgar, maka meluncurlah ke sana dengan mengendarai sepeda.

Dipertengahan acara saya melihat kedatangan bu Asita. Beliau tidak melihat saya. Berhubung kenal maka saya hampiri dan sapa beliau. Bu Asita terlihat kaget dan ingat-ingat lupa. Karena memang cukup lama sejak pertemuan pertama yang hanya sekilas.

Kami pun berbincang-bincang tentang banyak hal. Dipenghujung acara beliau memberi saya sebuah buku karya beliau sendiri. Judulnya Saya Jatuh Cinta Dengan Flores. Saya pun meminta beliau untuk membubuhkan tanda tangannya di sepeda.

Bagi saya setiap momen selalu berharga dan itu harus diabadikan. Selain dengan foto bersama juga berupa tanda tangan di kendaraan yang saya kendarai. Kalau kebetulan naik sepeda maka di sepeda. Kalau naik motor maka di helm. Pokoknya mengabadikan peristiwa deh.

Pertemuan kedua dengan bu Asita di museum tekstil (dokpri)
Pertemuan kedua dengan bu Asita di museum tekstil (dokpri)

Dari pertemuan di museum tekstil, saya tidak pernah bertemu lagi dengan bu Asita dengan rentang waktu yang cukup lama sekali. Beberapa kali event offline Kompasiana pun beliau tidak hadir.

Barulah ketika Kompasiana mengadakan event offline pertama setelah pandemi di perpustakaan nasional, saya bertemu lagi dengan bu Asita. Tak hanya dengan bu Asita, ada banyak Kompasianer lain yang juga hadir. Jadilah ajang temu kangen dengan sesama Kompasianer.

Di kafe Perpusnas (dokpri)
Di kafe Perpusnas (dokpri)

Usai acara Nangkring dari Kompasiana, kumpul-kumpul dilanjutkan ke kafe di lantai dasar Perpusnas. Di sana saya, bu Asita dan beberapa Kompasianer melanjutkan obrolan. Sampailah pada janji untuk berkunjung ke rumah bu Asita.

Agar tidak menguap lagi janjian kita, saya segera pastikan waktu dan harinya. Kodarullah, akhirnya acara janjian tersebut terwujud. Saya benar-benar berkunjung ke rumah bu Asita di daerah Karang Tengah.

Ternyata rumah bu Asita sering saya lewati. Karena memang berada di jalan utama. Saya dan bu Asita berbincang-bincang tentang banyak hal. Saya ditunjukkan ruangan tempat beliau bekerja atau biasa menyelesaikan tulisan. Juga ruangan berisi koleksi buku.

Saya juga bisa melihat secara langsung taman bu Asita yang selama ini hanya melihatnya di beranda facebook. Segar-segar tanaman bu Asita. Sebagai pencinta tanaman tentu saja mata saya berbinar-binar melihatnya.

Di antara koleksi tanaman bu Asita (dokpri)
Di antara koleksi tanaman bu Asita (dokpri)

Tak terasa hari sudah sore. Saya harus segera pulang. Saya pun bergantian memberikan buku solo saya untuk beliau. Tak lupa meminta bu Asita untuk membubuhkan tanda tangannya di helm saya. Karena kunjungan saya kali ini dengan mengendarai sepeda motor.

Bu Asita membubuhkan tanda tangannya di helm saya (dokpri)
Bu Asita membubuhkan tanda tangannya di helm saya (dokpri)

Eh, saya dioleh-olehi buah delima yang matang di pohon. Buah delima yang beliau tanam di depan rumah katanya dari Banyuwangi.

Wah, berarti buah delima yang saya terima sangat istimewa. Selain delima buah kesukaan saya. Delima yang saya terima kali ini langsung dari pohon dan asalnya jauh diujung Pulau Jawa. Sungguh kunjungan yang sangat berkesan dan istimewa bagi saya. Terima kasih bu Asita. Semoga lain kesempatan bisa berkunjung lagi. Salam hangat. (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun