"Kalau mau marah dan ngomel-ngomel di sini aja. Di metro ganggu penumpang lain."
Saya jelas makin ngoceh tidak karuan. Tapi si kawan terlihat santai saja.
"Sudah marahnya?"
Hanya itu yang si kawan katakan. Tapi cukup membuat saya malu hati setelahnya.
"Kamu memang tidak terusik melihat pelecehan atau ketidakadilan terjadi di depan mata?" kata saya.
"Tentu terusik."
"Terus kenapa tidak melakukan sesuatu?"
"Ya, itu tadi. Karena yang dilecehkan juga diam saja tidak minta tolong. Kalau kita bertindak, itu namanya ikut campur urusan orang."
"Tapi kan tidak sabar melihatnya."
"Ya, harus sabar. Tidak boleh emosian."
"Susah."