Diperbolehkannya mudik pada lebaran tahun 2022, membuat saya dan adik-adik ikutan mudik juga.
Sebenarnya tidak ada kewajiban, sebab kami sudah tak memiliki orang tua. Hanya saja untuk menjaga hubungan baik dengan saudara dan untuk silaturahmi, sejak orang tua masih ada kita selalu mudik.
Mengunjungi sanak saudara yang tersebar di berbagai daerah yang di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Lampung. Setiap tahunnya bergantian saja tujuan mudiknya.
Nah, untuk ke Lampung sudah cukup lama tak ke sana. Ketika direncanakan mudik ke Lampung, eh terhadang pandemi. Maka ketika diperbolehkan mudik, maka tak saya sia-siakan kesempatan tersebut.
Setelah dimusyawarahkan, kesepakatan pun diambil. Kita akan mudik ke Lampung naik motor. Iya, pertimbangannya biar mudah keliling Lampungnya. Sebab saudara di sana tersebar di berbagai tempat. Ada yang daerah Teluk Betung, Metro dan Sribawono.
Maka begitulah, usai salat Idul Fitri, saya dan adik-adik motoran ke Lampung. Kenapa memilih usai salat Ied? Biar bisa lebaran dengan tetangga sekitar dulu. Selain itu untuk menghindari macet. Sebab berita kemacetan akibat arus mudik membuat merinding.
Start dari rumah di Kreo, Tangerang pukul 08.15 WIB. Kemudian menjemput adik di Larangan dan menunggu dia beberes, akhirnya pukul 09.00 WIB kita baru melaju menuju Merak.
Jalur yang kita lalui adalah Ciledug-Cipondoh-Cikokol-Cikupa-Balaraja-Serang-Cilegon-Merak. Dengan kondisi jalan yang lengang, lancar jaya. Perjalanan kita asik-asik saja tak ada kendala sedikit pun.
Hanya saja selepas pintu tol Cikupa sempat merasakan kemacetan sedikit. Di sana ada genangan air dari got yang tersumbat. Berhubung genangan airnya cukup dalam maka laju kendaraan agak lambat.
Selepas itu jalanan kembali lancar. Agak tersendat lagi usai melintasi pasar Balaraja. Keluar masuk kendaraan dari arah pemakaman. Karena banyak yang ziarah kubur. Hanya itu saja sih.Â
Setelahnya kembali lancar jaya sampai terjadi nge-blank saat tiba di Cilegon. Perjalanan saya kan hanya mengandalkan arah panah.Â
Nah, di Cilegon saya agak ragu dalam mengambil arah. Ke kanan arah Merak tapi ada tulisan masuk tol. Jadi saya ambil arah kiri dong. Eh, rupanya arah kiri itu jurusan Anyer-Labuan.
Weh, salah arah. Akhirnya saya suruh adik membuka map. Tahu dong, map itu terkadang memberi petunjuk jalur yang tercepat. Tapi yang dilintasi adalah jalan tikus. Maka begitulah. Saya melintas jalan-jalan perkampungan untuk menuju Merak akibat salah jalan.
"Kok jalannya beda deh, Mba. Dulu kayaknya enggak gini deh," protes adik saya.
"Iye, nyasar. Tadi salah ambil arah," sahut saya dengan santainya.
"Huuh, Elu tuh kebiasaan. Pantas masuk-masuk kampung."
Wkkkkk, ya mau gimana lagi. Namanya salah jalan. Nikmati saja. Lagipula ini pertama kali motoran lagi ke Lampung setelah terakhir ke sana 5 tahun yang lalu.
Mengikuti petunjuk Google Maps, akhirnya kita bertemu juga dengan jalan utama menuju Merak. Meski dimanyunin adik akibat muter-muter enggak jelas menurut mereka.
"Sudah sih nikmati saja. Kita kan jadi tahu tuh kawasan industri Krakatau Steel."
Kita memang mengelilingi kawasan industri Krakatau Steel sebelum bertemu jalan utama. Seru sih menurut saya yang senang dengan hal-hal baru. Tapi menyebalkan bagi adik-adik yang inginnya cepat sampai.
Setelah mengisi bensin di sekitar Merak, tiba juga kita di pelabuhan. Berhubung hari raya jadi tidak terlalu ramai. Kita beli tiket kemudian langsung menuju kapal yang bersandar.
Berjejer dengan pemotor lain menunggu pintu dek kapal dibuka. Saya tak henti-hentinya menyebut asma Allah. Mengucap syukur karena masih diberi kesempatan dan kesehatan untuk bisa bertualang dengan motor lagi.
Begitu pintu dek dibuka, saya dan pemotor lain langsung berhamburan masuk. Ngeng, ngeng. Suara mesin motor berbaur dengan wajah-wajah lega dan senyum bahagia dari para pemudik.
Sekitar 1,5 jam berada di kapal ferry penyebrangan dari Pelabuhan Merak-Bakauheni. Menikmati laut dan semilir angin Selat Sunda. Akhirnya kapal pun bersandar.
Saya dan para pemotor segera turun ke dek. Kembali berjejer menunggu pintu dek terbuka. Tak sabar menghirup udara Lampung. Begitu pintu dek terbuka, wuss, ngeng-ngeng suara motor bersahutan merayakan kelegaan karena tiba juga di Lampung.
Kebahagiaan yang saya rasakan tak jauh berbeda. Bahkan lebih-lebih. Sebab sudah 5 tahun baru motoran lagi ke Lampung. Ya, tepat pukul 16.30 WIB saya menjejakkan roda-roda motor di sini. Pintu gerbang pulau Sumatera.
Selanjutnya saya langsung melaju menuju Bandar Lampung. Dari Bakauheni lurus saja mengikuti jalanan. Jalanan yang sudah bagus dan tak berlubang lagi.Â
Meliuk-liuk di antara jalan berbukit. Di antara kebun jagung dan tebing batu. Tanpa beristirahat sekalipun demi tidak kelamaan di jalan. Akhirnya pukul 19.00 WIB kita tiba di tujuan.
Alhamdulillah. Lega. Akhirnya.
"Lampung, aku datang."
Inilah keseruan saya mudik naik motor. Nantikan cerita saya saat mudik nanti ya? Selamat Idul Fitri teman-teman. Mohon maaf lahir dan batin. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H