Setelahnya kembali lancar jaya sampai terjadi nge-blank saat tiba di Cilegon. Perjalanan saya kan hanya mengandalkan arah panah.Â
Nah, di Cilegon saya agak ragu dalam mengambil arah. Ke kanan arah Merak tapi ada tulisan masuk tol. Jadi saya ambil arah kiri dong. Eh, rupanya arah kiri itu jurusan Anyer-Labuan.
Weh, salah arah. Akhirnya saya suruh adik membuka map. Tahu dong, map itu terkadang memberi petunjuk jalur yang tercepat. Tapi yang dilintasi adalah jalan tikus. Maka begitulah. Saya melintas jalan-jalan perkampungan untuk menuju Merak akibat salah jalan.
"Kok jalannya beda deh, Mba. Dulu kayaknya enggak gini deh," protes adik saya.
"Iye, nyasar. Tadi salah ambil arah," sahut saya dengan santainya.
"Huuh, Elu tuh kebiasaan. Pantas masuk-masuk kampung."
Wkkkkk, ya mau gimana lagi. Namanya salah jalan. Nikmati saja. Lagipula ini pertama kali motoran lagi ke Lampung setelah terakhir ke sana 5 tahun yang lalu.
Mengikuti petunjuk Google Maps, akhirnya kita bertemu juga dengan jalan utama menuju Merak. Meski dimanyunin adik akibat muter-muter enggak jelas menurut mereka.
"Sudah sih nikmati saja. Kita kan jadi tahu tuh kawasan industri Krakatau Steel."
Kita memang mengelilingi kawasan industri Krakatau Steel sebelum bertemu jalan utama. Seru sih menurut saya yang senang dengan hal-hal baru. Tapi menyebalkan bagi adik-adik yang inginnya cepat sampai.
Setelah mengisi bensin di sekitar Merak, tiba juga kita di pelabuhan. Berhubung hari raya jadi tidak terlalu ramai. Kita beli tiket kemudian langsung menuju kapal yang bersandar.