Tak berapa lama kami dipersilakan untuk memasuki studio mini. Ruangan yang tidak terlalu besar tapi sangat menarik dan hommy. Dengan bantal warna-warni untuk duduk para pengunjung. Di sinilah acara  dilangsungkan. Mulai dari menonton film sampai diskusi.
Untuk filmnya akan saya ulas secara khusus. Namun secara keseluruhan, film Darah dan Doa sangat menarik. Penuh kejutan dan tak terduga. Jika tidak menonton film tersebut secara langsung, pasti akan berpikiran negatif.
"Apaan sih nonton film jadul. Film perjuangan pula. Paling gitu-gitu aja."
Padahal tidak demikian. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari film tersebut. Apalagi setelah mendengar secara langsung dari bapak Nureddin Ismail (anak) dan Badai Saelan (cucu) Â Usmar Ismail tentang proses produksi film Darah dan Doa. Pantaslah jika tahun 2021 Usmar Ismail ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Kehadiran anak dan cucu dari Usmar Ismail mewarnai sesi diskusi pada hari itu. Yang sebelumnya membahas tentang buku Sejarah dan Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Bingkai Sinema. Buku kumpulan artikel Kompasianer dalam beragam sudut pandang mengenai film sejarah.
Seru dan sarat edukasi acara di atas. Selain film yang ditonton, diskusi yang disajikan. Souvernir yang diberikan pun mengenalkan pada peserta tentang tokoh-tokoh pewayangan. Sungguh menunjukkan kearifan lokal sekali.
Tak terasa waktunya sudah habis. Rasanya cepat sekali. Ternyata sudah satu harian. Acara pun ditutup dengan foto bersama. Setelahnya kami berpisah dan kembali pulang dengan membawa kesan tersendiri.
Terima kasih KOMiK Kompasiana, Kompasiana, Museum Penerangan dan Usmar Ismail Cinema Society. Selamat Hari Film Nasional. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H