"Ini Mba. Aku minta dibelikan sarung ini," ujar adikku.
"Oh, sarung toh. Kirain apaan? Oke? Buat lebarankan?"
"Iya, Mba. Jadi nanti lebaran enggak usah beli sarung baru lagi. Sarung ini aja."
Usai berbincang-bincang, adikku pun berlalu. Aku perhatikan dari belakang, ternyata adikku sudah besar dan tinggi. Tipikal anak-anak sekarang. Cepat besar.
Aku meraih brosur yang tergeletak di meja. Memperhatikan gambar sarung yang adikku inginkan.
"Sarung Al-Hazmi. Sarung Khas Kudus Jawa Tengah. Wah, keren juga pilihan adikku."
Aku segera mencari tahu dan memesan sesuai warna yang diinginkan. Setelah itu tinggal menunggu barang datang. Setelah itu aku sibuk dengan persiapan lebaran. Merapikan rumah, membuat kue dan lain-lain.
Sampai suatu hari saat aku sedang merapikan baju dan perlengkapan salat untuk salat Idul Fitri. Tiba-tiba adikku masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Ia memelukku erat-erat.
"Mba, maafin aku. Aku enggak tahu kalau Mba sudah enggak kerja lagi. Aku baru tahu tadi. Saat tanpa sengaja aku mendengar percakapan ibu ditelpon. Ibu mengabarkan kalau tahun ini tidak bisa mudik. Karena Mba sudah berhenti kerja."
Aku menghela napas. Akhirnya aku memang memberitahu ibu tentang kondisi keuanganku. Karena aku tidak bisa memberikan jatah lebaran seperti biasa. Rupanya adikku sudah mengetahuinya juga.
"Ya, terus apa hubungannya sama kamu?"