Di titik akhir arahan goegle maps, saya kebingungan. Kok arahnya di kebun orang. Saya pikir lebih baik bertanya pada orang saja daripada mengandalkan goegle maps.
Kebetulan ada bapak-bapak yang sedang bersepeda ke arah kami. Langsung saja si bapak dicegat dulu sebelum melanjutkan perjalanan.
"Oh, gitu? Ya sudah mari saya antar," ujar si bapak.Â
Saya pun mengikuti laju sepeda si bapak. Meliuk-liuk di jalanan yang sempit di antara rimbunnya pepohonan. Benar-benar jalanan di kampung.Â
Tak berapa lama kami pun tiba di tujuan. Saya merasa senang sekaligus malu. Bagaimana tidak? Tempat yang kami tuju penuh oleh para pesepeda. Aneka rupa jenis sepeda berjejer rapi di sana sini.
"Motor parkir di mana, Bang?" tanya saya pada penjaga parkir sepeda.
"Oh, ada. Sini biar saya yang parkirin. Ibu turun saja."
Saya pun segera turun dan menyerahkan kunci motor. Si bapak yang memandu kami sedang memarkir sepedanya. Tak lama ia menghampiri kami.Â
"Itu di sana kalau ingin memilih makanan. Kalau pesan minumannya di sini," terang si bapak.
Saya perhatikan sekeliling dengan seksama. Benar-benar  kebon  bambu. Meja dan kursi makan bertebaran di bawah pohon bambu. Ada juga yang berupa bale bambu.Â
Setelah menemukan tempat yang kosong. Saya segera memesan minuman berupa wedang jahe yang menjadi minuman khas di sini. Kemudian memilih jajanan tradisional yang beraneka macam.Â