Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Warung Bambu Kuning, Tempat Nongkrong Pesepeda dengan Nuansa Kebon Bambu yang Asri dan Alami

8 November 2021   14:49 Diperbarui: 8 November 2021   16:05 2242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut di warung bambu kuning (dokpri)

Hari Minggu pagi yang cerah biasanya saya pergunakan untuk olahraga bersepeda di sekitar kompleks perumahan.

Namun tidak untuk hari Minggu pagi kali ini. Saya sedang dalam masa pemulihan akibat otot yang tertarik. Jadi tidak ingin mengambil risiko dengan menggunakan kaki ini untuk bersepeda.

Akhirnya diputuskan untuk sarapan pagi di luar saja dengan mengendarai sepeda motor. Dalam hal ini saya agak rewel. Saya termasuk pemilih untuk urusan tempat makan. 

Bukan mencari yang harganya mahal atau tempatnya mewah. Bukan sama sekali. Justru saya senangnya tempat makan yang nuansanya masih asri dan alami. 

Kalau bisa yang benar-benar berada di perkampungan atau desa. Tujuannya mencari suasana baru, refreshing sekaligus melancarkan usaha mereka. Orang-orang yang membuka usaha tapi tempatnya terpencil.

"Itu sih susah Mba. Kecuali kitanya ke luar  kota. Di sini mana ada mba tempat semacam itu?"  kata adik saya.

"Pasti ada. Walaupun tidak tahu pasti tempatnya di mana," sahut saya. 

Kami pun keliling-keliling mencari tempat yang saya maksud. Agak sulit memang. Sampai akhirnya adik saya berteriak melontarkan pendapat.

"Kenapa enggak ke Warung Bambu Kuning aja? Ini tempatnya masih alami banget. Di kebon bambu."

Wah, langsung saja kami memanfaatkan jasa goegle maps untuk mencari lokasinya. Sebab tidak tahu persis di mana lokasinya .

Pelan-pelan saya mengarahkan sepeda motor yang dikendarai mengikuti petunjuk goegle maps. Ternyata memang benar. Jalurnya menuju perkampungan yang masih ada kebun di sana sininya.

Di titik akhir arahan goegle maps, saya kebingungan. Kok arahnya di kebun orang. Saya pikir lebih baik bertanya pada orang saja daripada mengandalkan goegle maps.

Kebetulan ada bapak-bapak yang sedang bersepeda ke arah kami. Langsung saja si bapak dicegat dulu sebelum melanjutkan perjalanan.

"Oh, gitu? Ya sudah mari saya antar," ujar si bapak. 

Saya pun mengikuti laju sepeda si bapak. Meliuk-liuk di jalanan yang sempit di antara rimbunnya pepohonan. Benar-benar jalanan di kampung. 

Tak berapa lama kami pun tiba di tujuan. Saya merasa senang sekaligus malu. Bagaimana tidak? Tempat yang kami tuju penuh oleh para pesepeda. Aneka rupa jenis sepeda berjejer rapi di sana sini.

Para pesepeda yang sedang santai di warung bambu kuning (dokpri)
Para pesepeda yang sedang santai di warung bambu kuning (dokpri)

"Motor parkir di mana, Bang?" tanya saya pada penjaga parkir sepeda.

"Oh, ada. Sini biar saya yang parkirin. Ibu turun saja."

Saya pun segera turun dan menyerahkan kunci motor. Si bapak yang memandu kami sedang memarkir sepedanya. Tak lama ia menghampiri kami. 

"Itu di sana kalau ingin memilih makanan. Kalau pesan minumannya di sini," terang si bapak.

Saya perhatikan sekeliling dengan seksama. Benar-benar  kebon  bambu. Meja dan kursi makan bertebaran di bawah pohon bambu. Ada juga yang berupa bale bambu. 

Setelah menemukan tempat yang kosong. Saya segera memesan minuman berupa wedang jahe yang menjadi minuman khas di sini. Kemudian memilih jajanan tradisional yang beraneka macam. 

Wedang jahe dan aneka jajanan tradisional (dokpri)
Wedang jahe dan aneka jajanan tradisional (dokpri)

Ada lepet, gemblong, kue cucur, kue cincin dan lain sebagainya. Untuk makanan beratnya ada nasi uduk dengan aneka macam lauk. Kita mengambil sendiri sesuai selera baru dihitung oleh penjualnya. Jadi sistem prasmanan.

Untuk minumannya yang nanti diantar sesuai nomor urut. Akhirnya ketemu juga tempat yang saya maksud. Di perkampungan yang suasananya masih alami. Meski ada sedikit malu hati. Sebab semua pengunjung di sana adalah pesepeda. 

Karena ternyata daerah ini tuh memang ada trek sepedanya. Namanya trek sepeda bambu kuning. Seru juga ya? Pantas semua pengunjung warung bambu kuning ini adalah para pesepeda. Lha, memang kawasan pesepeda.

Menikmati suasana di warung kebun bambu. (Dokpri)
Menikmati suasana di warung kebun bambu. (Dokpri)
 

Saya yang salah kostum. Eh, salah bawa kendaraan. Lain kesempatan harus ke sana lagi naik sepeda. Biar afdol. Ada yang pernah ke sini jugakah? Jika belum pernah. Mudah saja kok. Datang saja ke daerah Perigi, Tangerang Selatan. (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun