Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Harapan Saya, Ada Film tentang Sosok Daan Mogot

22 Agustus 2021   08:30 Diperbarui: 22 Agustus 2021   08:31 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture by Liputan6.com

DAAN MOGOT. Nama sebuah jalan yang pasti sudah tak asing terdengar. Bisa jadi merupakan jalur yang dilalui setiap hari. Salah satu jalan utama di Jakarta. Membentang sepanjang 27,5 km dari Sukarasa, Tangerang sampai Grogol, Jakarta Barat.

Namun tak banyak yang mengetahui tentang apa dan siapa itu Daan Mogot. Bisa jadi malah tidak tahu bahwa Daan Mogot adalah nama seorang pahlawan. Salah satu pahlawan yang gugur dalam pertempuran Lengkong.

Pertempuran Lengkong merupakan peristiwa berdarah yang terjadi di daerah Lengkong, Tangerang (sekarang masuknya wilayah Tangerang Selatan, sekitar BSD). 

Desa Lengkong yang dulunya hutan karet dijadikan markas oleh tentara Jepang. Yang seharusnya sudah keluar dari wilayah Indonesia. Sebab Indonesia sudah merdeka. Namun Belanda yang dibonceng tentara NICA masih ingin menguasai Indonesia. 

Tersiar kabar bahwa Belanda yang berkedudukan di Bogor dan Parung akan segera ke Lengkong. Jika demikian maka TKR (Tentara Keamanan Rakyat) di Tangerang bisa terancam. Apalagi jika mereka bersatu dengan tentara Jepang. Untuk itulah Direktur MAT (Militer Akademi Tangerang) yang dipimpin oleh Mayor Daan Mogot bermaksud melucuti tentara Jepang.

Misi pasukan TKR untuk melakukan perundingan di dalam salah satu markas Jepang awalnya berjalan lancar. Namun tiba-tiba ada suara letusan senapan yang membuat kacau suasana. Saling serang pun tak terhindarkan lagi. Sampai akhirnya tentara kita banyak yang gugur. Termasuk Mayor Daan Mogot.

Menurut saya sangat menarik jika sosok Daan Mogot diangkat ke layar lebar. Artinya film yang benar-benar mengangkat nama Daan Mogot, bukan tentang pertempuran Lengkong semata. Sebab ada hal-hal menarik yang patut diketahui dan menjadi pembelajaran bagi generasi muda tentang kiprah Daan Mogot.

Daan Mogot yang memiliki nama asli Elias Daniel Mogot adalah seorang pemuda kelahiran Manado, Sulawesi Utara, 28 Desember 1928. Ia meninggal di Tangerang Selatan, 25 Januari 1946. Gugur dalam pertempuran Lengkong di usia yang masih sangat muda, 17 tahun.

Karir militernya diawali dengan menjadi anggota dan pelatih PETA (Pembela Tanah Air) di Jakarta dan Bali tahun 1942-1945. Kemudian menjadi komandan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) sekarang TNI (Tentara Nasional Indonesia) dengan pangkat mayor.

Akademi Militer Tangerang yang kini digunakan sebagai Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang (dokpri)
Akademi Militer Tangerang yang kini digunakan sebagai Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang (dokpri)

Pada tanggal 18 November 1945 ia mendirikan Akademi Militer Tangerang sekaligus menjadi direktur pertama di usia 17 tahun. 

"Bayangkan, saat seusia dia pemuda lain memilih belajar agar jadi orang pintar. Ia memilih untuk jadi pejuang dan mati muda sebagai pahlawan."

Demikian ungkapan sang adik, Fietjeh Mogot yang dikutip dari satelitnews.co.id tentang sang kakak, Elias Daniel Mogot. 

"Daan itu kakak yang baik. Mengayomi adik-adiknya. Jiwa pejuang tertanam di dalam diri Daan sejak dia remaja."

Jiwa pejuang tersebut yang patut disorot dalam menampilkan sosok Daan Mogot dalam sebuah film. Masih muda tapi memiliki semangat juang tinggi dan kecintaan terhadap tanah air yang sungguh luar biasa. Sesuatu yang patut diteladani oleh generasi sekarang.

Sebab kecintaan terhadap tanah air dan perjuangan dalam mempertahankan tanah air, tidak hanya saat negara Indonesia masih dijajah saja. Tetapi tak terhingga. Dulu, kini, nanti dan selamanya.

Selain itu perjalanan hidup yang dilalui oleh  Daan Mogot pun sangat menarik dari sisi sejarah dan pariwisata. Daan Mogot yang lahir di Manado dan meninggal di Tangerang pernah melalui masa kecil di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Bahkan ketika bergabung dalam PETA pernah merasakan kehidupan di Bali sebagai pelatih PETA di sana. 

Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa situs dan tempat bersejarah yang bisa dikunjungi sampai sekarang. Seperti Monumen Lengkong dan rumah dinas tentara Jepang yang ada di daerah BSD, Serpong, Tangerang Selatan. 

Lalu ada gedung Akademi Militer Tangerang yang kini digunakan sebagai Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang dan makam Daan Mogot di Taman Makam Pahlawan, Kota Tangerang.

Monumen Lengkong, Serpong, TangSel (dokpri)
Monumen Lengkong, Serpong, TangSel (dokpri)

Ketika diangkat ke layar lebar, infografis keberadaan tempat tersebut bisa menjadi promosi wisata sejarah. Mereka yang tidak mengetahui jadi tahu. Mereka yang pernah mendengar info tersebut menjadi penasaran. Jika pemerintah daerah tanggap, hal tersebut bisa mendongkrak kunjungan ke Tangerang. 

Selain itu tempat kelahiran Daan Mogot di Manado bisa juga ditelusuri. Dengan demikian mereka yang tidak mengetahui tanah kelahiran Daan Mogot menjadi tahu. Bisa jadi tetangga sekitar sana malah tidak tahu kalau kampungnya tempat lahirnya seorang pahlawan.

Secara keseluruhan, ada banyak manfaat positif yang didapat dari film tentang Daan Mogot. Inilah harapan saya sebagai penyuka sejarah dan penikmat film.

Jika boleh berandai-andai. Maka judul film sejarah versi saya adalah Daan Mogot (Dari Sulawesi ke Tangerang Untuk Ibu Pertiwi). Menarik bukan? Sisi sejarahnya dapat. Sisi pariwisatanya juga dapat. (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun