Demikian ungkapan sang adik, Fietjeh Mogot yang dikutip dari satelitnews.co.id tentang sang kakak, Elias Daniel Mogot.Â
"Daan itu kakak yang baik. Mengayomi adik-adiknya. Jiwa pejuang tertanam di dalam diri Daan sejak dia remaja."
Jiwa pejuang tersebut yang patut disorot dalam menampilkan sosok Daan Mogot dalam sebuah film. Masih muda tapi memiliki semangat juang tinggi dan kecintaan terhadap tanah air yang sungguh luar biasa. Sesuatu yang patut diteladani oleh generasi sekarang.
Sebab kecintaan terhadap tanah air dan perjuangan dalam mempertahankan tanah air, tidak hanya saat negara Indonesia masih dijajah saja. Tetapi tak terhingga. Dulu, kini, nanti dan selamanya.
Selain itu perjalanan hidup yang dilalui oleh  Daan Mogot pun sangat menarik dari sisi sejarah dan pariwisata. Daan Mogot yang lahir di Manado dan meninggal di Tangerang pernah melalui masa kecil di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Bahkan ketika bergabung dalam PETA pernah merasakan kehidupan di Bali sebagai pelatih PETA di sana.Â
Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa situs dan tempat bersejarah yang bisa dikunjungi sampai sekarang. Seperti Monumen Lengkong dan rumah dinas tentara Jepang yang ada di daerah BSD, Serpong, Tangerang Selatan.Â
Lalu ada gedung Akademi Militer Tangerang yang kini digunakan sebagai Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang dan makam Daan Mogot di Taman Makam Pahlawan, Kota Tangerang.
Ketika diangkat ke layar lebar, infografis keberadaan tempat tersebut bisa menjadi promosi wisata sejarah. Mereka yang tidak mengetahui jadi tahu. Mereka yang pernah mendengar info tersebut menjadi penasaran. Jika pemerintah daerah tanggap, hal tersebut bisa mendongkrak kunjungan ke Tangerang.Â
Selain itu tempat kelahiran Daan Mogot di Manado bisa juga ditelusuri. Dengan demikian mereka yang tidak mengetahui tanah kelahiran Daan Mogot menjadi tahu. Bisa jadi tetangga sekitar sana malah tidak tahu kalau kampungnya tempat lahirnya seorang pahlawan.
Secara keseluruhan, ada banyak manfaat positif yang didapat dari film tentang Daan Mogot. Inilah harapan saya sebagai penyuka sejarah dan penikmat film.
Jika boleh berandai-andai. Maka judul film sejarah versi saya adalah Daan Mogot (Dari Sulawesi ke Tangerang Untuk Ibu Pertiwi). Menarik bukan? Sisi sejarahnya dapat. Sisi pariwisatanya juga dapat. (EP)