Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Luluran, Upaya Perawatan Diri Sekaligus Merawat Tradisi

9 Juni 2021   23:30 Diperbarui: 9 Juni 2021   23:51 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bukan jamu. Tapi mangir. Bau-bau orang habis luluran gitu," celetuk kawan yang lain.

Saya senyum-senyum saja dalam hati. Begitu mereka menyadari asal aroma mangir tersebut. Barulah saya kena goda mereka.

"Wah, rupanya elo yang bau mangir. Habis luluran ya? Eh, kayak suasana malam midodareni. Kalau orang Jawa mau nikah, calon pengantinnya kan dilulur gitu satu hari sebelum hari pernikahan."

Memang iya. Tapi saya luluran bukan sebab itu. Sudah kebiasaan. Alias dibiasakan oleh ibu. Walau tak rutin seminggu sekali. Setidaknya sebulan sekali adalah waktu untuk luluran. Terlepas mau luluran di rumah atau di salon. Bagi saya luluran tak sekadar perawatan diri, tapi juga menjaga tradisi turun-temurun yang diajarkan oleh ibu sebagai perempuan Jawa.

Bagaimana dengan Anda? Sudahkah luluran hari ini? (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun