"Suami dan mertua tidak ribut atau gimana Mba?" tanya saya penasaran.
"Enggak. Biasa saja. Kan dari awal sudah dibicarakan semua. Mengingat perbedaan usiaku dan suami terpaut jauh. Suamiku 10 tahun di bawahku. Jadi waktu menikah suamiku usianya 35 tahun sedangkan aku 45 tahun. Sebelum melamar sudah kuingatkan tentang anak. Mengingat usiaku yang sudah tidak muda lagi. Tapi dia tetap kekeuh. Jadi ya sudah."
Benar juga ya? Cinta sih cinta tapi logika perlu dipertimbangkan agar siap dengan segala kemungkinan. Hal tersebut yang dilakukan oleh kawan saya dan pasangannya ketika akan menikah. Memberitahukan keluarga atas kondisi mereka. Maka ketika di usia 47 tahun si kawan sudah mengalami menopause, pihak keluarga sudah tidak terkejut. Suaminya pun bisa menerima kondisi tersebut dengan lapang hati.Â
Dengan begitu tak ada lagi pertanyaan yang terlontar.
"Sudah isi apa belum?"
Makanya, kalau mencari pasangan jangan yang sudah berumur. Jadinya begitu. Mungkin ada yang rasan-rasan seperti itu dalam hati. Hey, namanya cinta mana kita tahu jatuh cintanya sama siapa.
Pengalaman si kawan karena memang ada faktor usia. Okelah bisa dimaklumi. Tapi ada tetangga yang masih muda dan juga sehat belum juga dikaruniai anak. Tak terasa sudah 10 tahun usia pernikahan mereka. Jadi urusan anak memang hak prerogatif Tuhan. Jadi selain membicarakan keinginan memiliki berapa anak, bicarakan juga kemungkinan jika tidak diberi anak. Jadi enak menjalani semua. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H