Salah satu tujuan menikah selain untuk ibadah adalah supaya memiliki keturunan. Oleh karenanya orang tua atau mertua kerap menanyakan kehamilan anak-anaknya yang baru saja menikah.
"Bagaimana? Sudah isi?"
Bagi pasangan yang masih tergolong baru masih amanlah dengan pertanyaan semacam itu. Masih ada pemakluman.
"Sabar saja. Baru juga beberapa bulan menikah. Dulu ibu dua tahun kosong baru dikasih hamil."
Nah, bagi pasangan yang sudah lama menikah dan belum dikaruniai anak yang tidak nyaman kalau ditanya soal momongan.
"Belum isi juga? Sudah berapa tahun? Trus kapan punya anaknya?"
Pertanyaan kapan punya anak nih yang jadi momok menakutkan. Sama seperti pertanyaan kapan nikah bagi yang masih single. Kalau tidak kuat-kuat iman penginnya marah-marah.
"Tanya saja sama Tuhan. Memang siapa sih yang enggak pengin segera punya momongan? Usaha sih sudah segala macam. Tapi belum dikasih juga mau gimana lagi?"
Hal-hal demikian yang bisa menimbulkan stress. Bahkan bisa memicu retaknya hubungan rumah tangga. Oleh karenanya mental untuk tidak memiliki anak harus juga dimiliki pada saat memasuki jenjang pernikahan. Namanya mengantisipasi kemungkinan buruk yang bakal terjadi. Agar ke depannya tetap enjoy menjalani pernikahan walau tanpa buah hati.
Hal tersebut berdasarkan pengalaman seorang kawan yang sudah 15 tahun berumah tangga dan tidak dikaruniai anak. Padahal si kawan dan suaminya sehat. Tidak ada masalah dengan organ reproduksi mereka.Â
"Memang tidak diqodar punya anak mau gimana lagi. Apalagi aku juga sudah menopause?" ujar si kawan.