Membaca Balada Si Roy kala itu seolah menemukan "teman." Menemukan cara untuk keluar dari zona nyaman dan menjadi diri sendiri. Menyulut semangat diri untuk melakukan petualangan. Kalau disebut novel inspiratif bisa juga. Karena menginspirasi kita untuk melakukan hal-hal "gila" yang positif.
Nah, loh. Bingung ya? Mesti membaca novelnya baru paham. Saya sih banyak mendapatkan hal-hal positif dari cerita Balada Si Roy. Saya jadi berani bertualang sendiri. Saya jadi tahu bagaimana rasanya tidur di terminal, di kantor polisi dan di masjid. Buat saya hal-hal tersebut merupakan pengalaman luar biasa yang tidak diajarkan di mana pun.Â
Intinya cerita Balada Si Roy itu seperti nyata. Lekat dengan keseharian kita yang disebut anak muda. Tidak mudah membuat cerita seperti itu. Nyatanya memang demikian. Mas Gong sebagai penulis novel Balasan Si Roy mengatakan butuh riset bertahun-tahun.Â
Saya tak menyesal menjadi salah satu pembaca Balada Si Roy. Walau saat itu sempat disebut nyleneh oleh teman-teman.Â
"Cewek kok bacaannya Balada Si Roy."
Kini teman-teman yang justru berguru kepada Mas Gong. Mereka baru sadar bahwa Balada Si Roy termasuk novel legend. Sampai sekarang bukunya masih dicetak ulang lagi. Bahkan sudah masuk layar lebar. Tinggal menunggu waktu tayangnya saja.
Sebuah buku dengan rentang usia yang panjang namun masih eksis diperbincangkan sungguh luar biasa bukan? Itulah novel Balada Si Roy.(EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H