"Oh, si eneng masih di sini," sahut pak tua yang agak kaget mendengar panggilan saya.
Pak tua menghentikan laju sepedanya. Saya segera hampiri dan memberi satu botol minuman padanya.
"Ini pak istirahat dulu."
"Terima kasih Neng. Mau lanjut saja pelan-pelan. Masih jauh soalnya. Eneng sudah dekat tempat tinggalnya?"Â tanya pak tua.
"Itu tinggal menyebrang ke sana , Pak!"
"Oh, sudah dekat. Kalau begitu bapak pamit dulu ya? Sampai ketemu lagi."
"Siap Pak. Hati-hati. Semoga lancar sampai tujuan. Oiya, ini tolong diterima ya Pak. Hanya sedikit. Untuk tambahan diperjalanan."
"Wah, ini sudah diberi minuman. Diberi uang juga. Terima kasih banyak ya Neng. Alhamdulillah. Semoga Eneng rezekinya tambah banyak."Â
Aamiin," sahut saya lantang sambil melambai kan tangan kepada pak tua yang kembali mengayuh sepedanya.
Saya perhatikan laju pak tua dengan perasaan haru. Saya pikir sepeda saya saja yang sudah old dan ketinggalan zaman. Ternyata ada yang lebih parah. Sudah usang, rusak pula. Semoga pemberian saya yang tak seberapa itu bermanfaat. Digunakan untuk mengganti pedal sepeda atau tidak terserah saja. Yang penting niat saya membantu. Setidaknya bisa untuk berjaga-jaga kalau ada apa-apa dengan sepedanya. Soalnya perjalanan pak tua masih jauh.
Setelah beberapa saat, saya yang sedari tadi duduk di warung rokok pinggir jalan melanjutkan lagi perjalanan ini. Sudah dekat sih. Seperti yang saya katakan pada pak tua tadi.