Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Asiknya Berbelanja Mengendarai Sepeda, Semua Dikorting

24 Oktober 2020   20:42 Diperbarui: 11 April 2021   21:43 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore hari akhir pekan, cuacanya tidak panas tidak mendung. Nah, paling asik buat jalan-jalan nih. Jalan-jalan sore naik sepeda keliling komplek.

Kapan lagi dapat view seperti ini? Teduh. Biasanyakan kalo tidak mentari sorenya mencorong, mendung dan hujan. Beberapa hari belakangan hampir setiap sore menjelang malam turun hujan. Mungkin karena sudah musim penghujan juga ya?

Jadi ketika mendapatkan suasana yang asik seperti ini tak saya sia-siakan. Bersepeda keliling komplek. 

"Memangnya enggak bosan apa sepedaan terus? Wong hampir setiap hari naik sepeda."

Begitu komentar orang rumah. Saya hanya tersenyum. Namanya senang ya seperti itu. Setiap momennya memiliki feel yang berbeda. Maka begitulah. Saya nikmati akhir pekan ini dengan bersepeda di bawah langit yang teduh.

Sepulang bersepeda, biasanya saya membeli jajanan untuk orang rumah. Tapi untuk kali ini tidak. Saya berbelanja sayur mayur dan buah-buahan. Saya ingin masak tumis kangkung. Untuk camilannya aneka buah saja.

Jadilah saya singgah di sebuah warung sayur. 

"Bang, kangkungnya 1 ikat saja ya?"

Niatnya hanya membeli kangkung. Karena di rumah sudah ada lauk. Tapi melihat daun kemangi yang segar kok kepingin ya? Akhirnya saya pun membeli daun kemangi.

"Kemanginya satu ikat saja deh untuk seger-seger," kata saya.

"Ini kalo 1 ikat harganya Rp 1000. Untuk ibu saya kasih 3 ikat Rp 2000 aja," kata si Abang penjual sayur.

Duh, pencinta kemangi ditawari seperti itu. 

"Ya, udah deh, Bang. Boleh. Tapi saya beli sambelan Rp 5.000 aja ya? Sambel di rumah kurang soalnya."

"Boleh, Bu."

Lalu si abang penjual sayur membungkus sambelan yang saya minta. Ada cabai, bawang merah, bawang putih dan tomat. 

Sementara saya tertarik dong membeli timun dan labu kecil. Seger membayangkan mencocol labu kecil yang sudah direbus ke atas sambal. Lalu makan dengan lalapan timun dan daun kemangi.

Berhubung hanya saya yang suka lalapan. Jadi tidak banyak membelinya. Timun hanya 2 buah. Labu kecilnya 4 buah saja. Sudah. Saya pun minta totalannya.

"Jadi berapa semuanya, Bang?"

si Abang sayur menghitung satu per satu. Kemudian.

"Udah, 10.000 aja?" ujar si abang sayur.

"Bukannya tadi 13.000 semuanya?" kata saya.

"Iya, enggak apa-apa 10.000 aja. Saya korting," sahut si abang sayur.

"Wah, kalau begitu terima kasih ya, Bang," sahut saya.

Setelah itu saya kembali mengayuh sepeda dengan perasaan berbunga-bunga. Berbelanja 10.000 rupiah dapat seabrek-abrek.

Tak berapa lama saya melintas di depan toko buah. Kok tertarik membeli buah salak dan mangga manalagi? Berhubung di rumah sudah ada buah pepaya. Maka saya hanya membeli 1/2 kilo saja.

"Bang, beli salaknya 1/2 kilo. Mangganya juga 1/2 kilo saja ya?"

"Iya, Bu. Pilih saja," sahut si abang penjual buah.

Saya pun segera memilih buah salak ukuran sedang. Ada 7 buah salak yang saya ambil. Kemudian 4 buah mangga manalagi ukuran sedang. Ini sudah cukup sampai besok. Apalagi ada pepaya juga di rumah.

Saya bawa buah tersebut untuk ditimbang. Salak jadinya 1/2 kilo lebih. Begitu juga buah mangganya.

"Enggak apa-apa Bang lebih juga. Seadanya aja. Susahkan kalau mau 1/2 kilo pas," kata saya.

"Iya, Bu. Susah nyari yang pas mah," sahut si abang penjual buah sambil tertawa.

Entah apa yang membuat si Abang penjual buah itu tertawa. Rasanya ucapan saya tak ada lucu-lucunya.

"Jadi berapa semuanya, Bang?" kata saya.

"10.000 aja Bu."

Saya bengong. 

"Manggakan 15.000 sekilo. Salak juga 15.000 sekilo. Punya saya 1/2 kilo lebih itu tadi ditimbangnya. Enggak salah ngitung, Bang? Ntar rugi loh," kata saya.

"Enggak rugi kok Bu. Tenang aja. Itu memang saya korting. Untuk ibu saya genepin jadi 10.00 aja," sahut si Abang penjual buah.

"Wah, kalau begitu terima kasih ya, Bang."

Saya pun keluar toko buah dengan perasaan gembira. Wah, dapat kortingan lagi. Padahal saya enggak minta, enggak nawar loh. Rezeki pesepeda nih.

Saya masukkan buah tersebut ke dalam tas bagasi sepeda. Kemudian mengayuh sepeda ke arah rumah dengan perasaan senang. Sambil mengayuh sepeda saya berpikir.

Iya, ya. Dari tadi belanja dapat kortingan terus. Apa gara-gara saya naik sepeda ya? Barangkali kasihan sama saya.... hehehe. Pembeli lain pada naik motor atau mobil. Saya sendiri yang naik sepeda.

Entahlah. Apapun itu. Inilah keberuntungan saya hari ini saat berbelanja mengendarai sepeda. Dapat kortingan terus. Dengan uang 20.000 sudah dapat segala macam.  Ada yang punya pengalaman sama? (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun