Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Harga Bahan Pangan Naik, Ibu Rumah Tangga Panik

29 April 2020   21:17 Diperbarui: 29 April 2020   21:21 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi denik.erni

Ketika wabah Corona melanda dunia dan kemudian sampai juga ke Indonesia, langsung terjadi kepanikan di dalam masyarakat. 

Penggunaan masker yang diwajibkan bagi tiap-tiap orang, membuat para pedagang licik memasang aksinya. Mula-mula dengan menimbun masker sehingga masker menjadi barang langka.

Tak lama keberadaan masker sudah mulai bisa didapatkan lagi. Tapi, harganya selangit. Tentu saja masyarakat dari kalangan tak mampu yang dirugikan. Karena tak sanggup membeli masker tersebut. 

Alhasil mereka hanya bisa pasrah meski virus Covid-19 mengintai dimana-mana.

"Boro-boro buat beli masker. Buat beli beras saja susah."

Begitu ucapan yang terlontar dari mulut mereka. Untungnya ada masyarakat yang kreatif sehingga dibuatlah masker dengan bahan dasar kain dan dengan harga terjangkau.

Satu masalah telah dilalui oleh golongan masyarakat tak mampu. Apakah sampai di situ masalah selesai? Ternyata tidak. Masalah lain datang menghadang. Yakni kelangkaan beberapa bahan pangan yang sudah diborong oleh mereka dari golongan mampu.

Padahal pemerintah belum memberlakukan apa pun terkait wabah virus Corona ini. Namun fenomena yang terjadi dalam masyarakat seperti itu. Menyelamatkan diri dan tujuh turunannya. Tanpa memikirkan nasib yang lain.

Rumor yang beredar di dalam masyarakat pun menggelitik hati, jika tak mau disebut menyindir nurani.

"Ini sih rakyat banyak yang mati bukan karena kena covid-19, tapi karena kelaparan."

Setelah pemerintah memberlakukan berbagai aturan terkait Covid-19. Puncaknya PSBB (pembatasan sosial berskala besar) dan larangan mudik. Tak pelak berimbas pada perekonomian rakyat.

Mereka yang masih memiliki tabungan di sana-sini saja mengeluh. Bagaimana dengan mereka golongan masyarakat yang tidak mampu? Apalagi menjelang Ramadan harga barang-barang melambung tinggi.

Sedih rasanya mendengar curahan hati kawan yang harus menjual cincin kawin demi memenuhi kebutuhan hidup. Sebab suaminya sudah tak bekerja lagi 

Harga gula pasir yang awal Rp 14.000 per kilogram. Kini menjadi Rp 20.000 per kilo. Cabai rawit merah yang awalnya Rp 24. 000 per kilogram. Kini menjadi Rp 32.000 per kilogram.

Belum lagi harga telur, beras, minyak goreng dan lain-lainnya. Jika tidak ada pemasukan tetap jelas terasa berat sekali beban yang mereka terima. 

Kenaikan Rp 1.000-2.000 bagi kami mungkin tak masalah. Tapi tidak untuk yang lain. Termasuk kawan saya tersebut. Dimana ia juga harus menyisihkan uang untuk quota internet anaknya yang sedang menjalani sistem belajar di rumah secara online.

"Orang tua mah ngalah makan sehari sekali. Yang penting anak dulu biar kenyang. Boro-boro mau jajan. Yang ada kepikiran paket buat bocah belajar."

Duh. Semoga wabah ini segera berlalu. Sehingga situasi menjadi stabil. Mereka yang bekerjanya serabutan bisa mengais rezeki dengan lancar. (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun