Saat sedang merapikan kulkas, eh saya menemukan sebungkus cumi yang teronggok di pojokan. Terselip di antara bungkusan lain.
"Wah, ternyata terselip satu. Pantas sedikit sekali hasilnya. Perasaan, saya membeli cumi lebih dari dua bungkus," kata saya dalam hati ketika beberapa waktu yang lalu membuat cumi sambal lado.
Rupanya terselip yang satu bungkus. Saya cari-cari tidak ketemu waktu itu. Nah, sekarang sudah ketemu mau diapakan cuminya? Pertanyaan yang berputar-putar di kepala. Karena tanggung, hanya satu bungkus.
Sempat bingung juga. Apalagi hari sudah siang. Mau keluar enggan. Lagi pula tukang sayur yang keliling sudah tak ada. Kalau masih ada kan bisa membeli cumi lagi biar lebih banyak.
Kalau sudah begini jadi mager istilah anak sekarang. Saya melongok bumbu dapur. Melihat ada bumbu apa saja di sana. Ternyata hanya ada bawang putih, bawang merah dan cabai. Hmmm, dengan bumbu yang ada ini diolah apa ya cumi tadi?
Jujur masih bingung. Karena tanggung. Tiba-tiba muncul ide untuk membuat sambal matah. Ahai, benar. Sambal matah. Saya kan pernah mencicipi sambal matah. Jadi tahulah rasanya. Enak.
Sambal matah merupakan sambal khas Pulau Dewata, Bali. Ketika kita makan sea food di restoran Bali. Maka sambal yang dijadikan pendamping adalah sambal matah ini.
Sambal yang ciri khas cabai dan bawangnya diiris-iris. Bukan diuleg seperti sambal-sambal pada umumnya.
Setelah mantap dengan pilihan menu sambal matah. Saya pun segera beranjak ke dapur untuk mengolah cumi temuan tadi.
Bahan-bahan yang saya siapkan adalah:Â
- Cumi