Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengenang HC Andersen, Si Raja Dongeng (2 April 1805-2 April 2020)

2 April 2020   09:05 Diperbarui: 2 April 2020   09:20 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image gambar by amazon.com

HC Andersen. Nama yang mungkin tidak diketahui oleh semua orang. Namun ketika disebutkan cerita-cerita berikut ini, Kisah Putri Salju, Putri Duyung, Pinokio, Itik Buruk Rupa dan Gadis Penjual Korek Api. Maka hampir semua orang mengetahuinya. Terutama mereka yang gemar membaca cerita anak-anak. Nah, HC Andersen inilah tokoh di balik cerita anak-anak tersebut. Pria berkebangsaan Denmark yang lahir pada tanggal 2 April 1805 di Austenzia, Denmark. Anak dari seorang tukang sepatu. Meski seorang tukang sepatu tetapi sang ayah suka membaca dan menulis puisi. Serta membuat kerajinan berupa aneka mainan dan boneka.

Masa Kecil HC Andersen

Saat kecil Andersen tidak suka bermain dengan kawan-kawannya. Ia lebih suka menyendiri dan bermain dengan mainannya. Hanya ayahnya yang menjadi teman bermain. Ayahnya pula yang suka mengajak Andersen menonton pertunjukan. Saat-saat bersama sang ayah merupakan saat yang membahagiakan bagi Andersen.

Namun kebahagiaan itu hanya sesaat. Karena sang ayah meninggal dunia akibat sakit. Andersen pun menjadi kesepian. Tidak ada orang yang memahami dirinya kecuali sang ayah. Ketika mulai bersekolah ia bahkan kerap diledek oleh teman-temannya sebagai seorang pujangga. Hal ini dikarenakan Andersen suka menggambar dan menulis puisi ketimbang belajar berhitung.

Dalam kesepian dan kesedihannya itu ia dipertemukan dengan keluarga pendeta Fencailo. Seorang pendeta yang juga seorang penyair terkenal semasa hidupnya dengan karya besarnya berjudul "Nyanyian Merajut." Istri dan anak-anak sang pendeta sangat baik, ramah dan hangat terhadap Andersen. Kehangatan sebuah keluarga ia rasakan ketika bersama mereka.

Di rumah sang pendeta itulah Andersen kerap menghabisi waktunya. Selain itu di sana ada perpustakaan keluarga yang membuat Andersen senang berlama-lama terlarut dalam bacaan. Buku pertama yang ia baca adalah karya Shakespeare dengan judul "Raja Lear."

Sejak itu ia tertarik untuk menulis skenario. Apalagi pengalamannya saat diajak sang ayah menonton pertunjukan selalu terngiang-ngiang diingatan. Tentang adegan, dialog dan cerita yang ia tonton. Ia pun ingin memisahkan sebuah skenario dengan latar kerajaan. Ia banyak bertanya tentang bagaimana dan seperti apa kehidupan dalam kerajaan kepada beberapa orang. Ia juga mencari di kamus sebagai tambahan kosa kata dan pengetahuannya.

kegigihan dan keinginannya menulis terus menyala meskipun ia harus bekerja di pabrik untuk membangun ekonomi ibunya. Andersen yang juga senang menyanyi itu memiliki banyak teman di pabrik. Namun ada saja yang tidak menyukainya. Sehingga ia berhenti bekerja karena dibully. Dianggap sebagai perempuan karena kehalusan dirinya.

Si ibu yang merasakan beratnya mencari nafkah sendirian akhirnya menikah lagi. Andersen diminta untuk belajar menjahit saja agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Andersen menolak. Ia ingin menjadi seorang penulis skenario. Karena itu dengan berbekal uang tabungan yang ada ia pun pergi ke ibu kota Denmark, yaitu Kopenhagen. Saat itu usia Andersen baru 14 tahun.

Perjuangan Andersen di Tanah Rantau

Si ibu tentu saja keberatan. Sebab di kota tak ada kenalan sama sekali. Tetapi karena teringat pesan sang suami sebelum meninggal, "Tak peduli ia berbuat apa, biarkan ia berkembang sesuai kata hati." Maka dengan berat hati si ibu pun melepas Andersen pergi.

Tanpa memiliki kenalan, Andersen pergi ke kota. Tekadnya adalah menemui seorang penari terkenal ibu kota untuk menunjukkan kepiawaiannya bernyanyi. Ia berharap bisa diajak ikut serta dalam pertunjukan si penari. 

Tetapi semua harapan itu kandas. Si penari yang ia kira baik hati ternyata sangat angkuh. Saat Andersen berhasil menemuinya ia justru dihina. Andersen pun akhirnya mencari pekerjaan sebagai penjaga toko pecah belah. Namun lagi-lagi ia dikira perempuan karena kehalusannya. Sehingga ia pun diberhentikan dari pekerjaannya.

Andersen sedih sekali. Tetapi ia tidak putus asa. Ia tetap menulis dan menulis serta mengikuti paduan suara. Sampai akhirnya tulisan Andersen yang berjudul "Gereja Dalam Hutan" bisa masuk majalah. Itulah karya pertama Andersen yang dimuat di sebuah majalah.

Sejak itu ia semakin giat menulis. Ia menulis skenario lalu ditawarkannya kepada Direktur Gedung Drama King. Sebuah gedung pertunjukan yang terkenal di kota itu. Tetapi karyanya selalu ditolak. Berbarengan dengan itu suaranya tiba-tiba menghilang. Ia pun dikeluarkan dari tim paduan suara. Andersen pun merasa putus asa.

Ia merasa menderita sekali. Sehingga muncul keinginan untuk bunuh diri saja. Ia tak sanggup lagi menahan penderitaan hidupnya. Di sebuah danau besar ia berniat mengakhiri hidupnya. Namun sekonyong-konyong muncul bayangan neneknya yang telah tiada. Membisikkan kata-kata penyemangat untuk Andersen.

"Tuhan tak pernah menutup jalan seseorang yang terus berjuang."

Andersen tersentak. Ia pun mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Andersen giat lagi menulis skenario. Dan tetap gigih pula menyerahkan kepada Direktur Gedung Drama King meskipun berulang kali ditolak lagi.

Karena kegigihannya itu Direktur Gedung Drama King memanggil Andersen. Lalu mengajukan bea siswa agar Andersen bisa sekolah lagi. Sang Direktur yang bernama Pak Colin itu merasa kalau Andersen memiliki bakat. Tetapi perlu diasah lagi. Karena itu ia me ngajukan bea siswa untuk Andersen.

Andersen merasa senang sekali. Ia pun belajar dengan giat. Namun cobaan masih terus menghantui hidupnya. Entah kenapa si kepala sekolah tempatnya belajar tak menyukai Andersen. Di matanya apa pun yang dilakukan Andersen selalu salah. Tetapi Andersen tidak berani mengatakan semua yang dialaminya kepada Pak Colin. Sebab bagi Andersen palm Colin itu baik sekali.

Pak Colin yang juga seorang penasihat kerajaan mengajak Andersen ikut dalam jamuan makan atau tamasya bersama. Dalam sebuah acara Andersen bahkan diminta untuk membaca sebuah puisi. Ia pun dengan senang hati melakukannya. Membaca puisi karyanya sendiri.

Andersen mendapatkan sambutan luar biasa usai membaca puisi tersebut. Namun hal ini tidak membuat kepala sekolah bersimpati saat mengetahui hal itu. Justru dibuatnya Andersen menderita melalui tipu muslihatnya.

Si kepala sekolah meminta ijin pada pak Colin untuk mengajak Andersen tinggal bersamanya. Pak Colin yang tidak mengetahui keadaan sebenarnya tentu saja mengijinkannya. Andersen tidak berani menolak karena kebaikan pak Colin. Padahal ia tahu bahwa hidupnya akan menderita jika tinggal bersama si kepala sekolah. Dan benar saja. Andersen tidak memiliki waktu istirahat. Ia diminta untuk mengasuh anak kepala sekolah.

Lama kelamaan Andersen tidak kuat. Ia pun menceritakan hal tersebut kepada pak Colin. Andersen diminta kembali dan tinggal bersamanya lagi. Pak Colin memanggil guru privat untuk Andersen. Agar ia bisa belajar kembali. Sejak itu kemampuan Andersen semakin terasah.

Pada usia 24 tahun Andersen menerbitkan sebuah buku kumpulan puisi yang berjudul "Tamasya ke Pulau Amacel." Kemudian "Kisah Cinta Nikulata." Bahkan karyanya yang ini dipentaskan di Gedung Drama King. Akhirnya impiannya terwujud.

Namun bukan berarti ia bisa bermimpi dengan indah. Sebab ia harus berjuang menghadapi kritikan atas karya-karyanya. Juga kecurangan seseorang yang mengakui salah satu karyanya sebagai milik orang tersebut.

Mendapat tekanan dari media, Andersen sempat shock. Pak Colin pun menyarankan agar Andersen pergi tamasya. Ia pun pergi keliling Eropa. Apa yang ia lihat dan rasakan kemudian dituangkan dalam tulisan. Sepulang dari Eropa ia menulis sebuah novel. Juga cerita-cerita lain yang digemari oleh anak-anak. Tahun 1837 Andersen berhasil menjadi penulis terkenal. Di usia 35 tahun

Image gambar by rose and dark
Image gambar by rose and dark

Tak terasa Andersen telah melahirkan banyak karya. Sebanyak 168 karya telah ia buat. 156 berupa cerita dongeng. Pada tahun 1846 Andersen dianugerahi Raja Dongeng. Sebab karya-karyanya merupakan murni hasil imajinasinya. Sebab saat itu karya penulis dan pendongeng kebanyakan menulis ulang cerita lama dalam versi berbeda

Image gambar by amazon.com
Image gambar by amazon.com

Pada tahun 1855 Andersen membuat autobiografi. Tahun 1867 ia diangkat menjadi penasihat kerajaan. Meski begitu ia tak pernah lupa dengan kampung halamannya. Ia datang dan mengunjungi kawan-kawan lamanya. Tentu saja ia menjadi tamu kehormatan.

Andersen menghabiskan waktunya dengan terus tamasya dan menulis buku. Karena dia hidup sendiri. Orang tuanya sudah tiada. Saudara tak punya. Pak Colin pun sudah tiada. Ia merasa sedih sekali. Sebab orang tua itulah yang sangat berjasa dalam hidupnya. 

Pada tahun 1872 Andersen jatuh sakit. Ia menderita kanker. Tiga tahun kemudian tepatnya tanggal 4 Agustus 1875 Andersen meninggal dunia. Ia dimakamkan di Asistiens, Kopenhagen. Menjalani kesendirian selamanya.

Andersen tidak menikah karena cintanya hanya ia persembahkan kepada seorang gadis yang tak bisa dimilikinya. Ia jatuh cinta di usia 25 tahun. Namun sang gadis sudah bertunangan. Ia pun patah hati dan memfokuskan hidupnya pada tulisan. 

Hans Christian Andersen telah tiada. Namun karya-karyanya tetap ada dan abadi di hati penggemarnya. Museum HC Andersen dan patung putri duyung di tepi laut Baltik salah satu bukti nyata, betapa HC Andersen begitu termasyur dan membanggakan negaranya. Kisah hidupnya seperti dongeng yang ia buat. Penuh warna menghiasi hati para pembaca ceritanya. 

Sumber: wikipedia dan buku seri tokoh dunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun