Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Si Buta Dari Gua Hantu", Film yang Menginspirasi untuk Belajar Silat

28 Maret 2020   08:45 Diperbarui: 28 Maret 2020   11:59 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak dari sebuah tontonan itu memang luar biasa sekali. Terutama bagi anak-anak. Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk memperhatikan tontonan bagi si buah hati. Apalagi anak-anak yang masih dalam masa keemasan.

Remaja bahkan orang dewasa pun masih rentan terpengaruh. Apalagi anak-anak. Jadi pandai-pandailah para orang tua dalam menjaga dan mengawasi anak-anak. Khawatirnya terpengaruh oleh tontonan yang tidak baik.

Kita tidak bisa mengandalkan badan penyiaran, lembaga terkait atau pemerintah sekali pun dalam masalah seperti ini. Sebab semua tidak terlepas dari yang namanya bisnis. Satu sama lain saling terkait. Sehingga tidak bisa secara murni kita meminta mereka menindak tegas.

Semua dikembalikan kepada masing-masing individu. Bagaimana melindungi keluarga dari pengaruh sebuah tontonan. Kalau pengaruhnya baik tentu hasilnya positif. Tetapi kalau pengaruhnya buruk hasilnya pun buruk.

Hal ini berdasarkan pengalaman pribadi saya. Dahulu sewaktu masih duduk di Sekolah Dasar. Ibu kerap membawa saya menonton film. Dan film yang kami tonton biasanya film silat atau film superhero. Pernah juga film anak-anak seperti Pinokio. 

Menonton film memang salah satu hobi ibu. Sejak muda hingga memiliki anak. Karena bapak tidak hobi menonton film, maka saya dibiarkan ikut untuk menemani ibu. Konsekwensinya film yang ibu tonton  lebih ke film anak-anak atau silat.Nah, film-film silat seperti Si Buta Dari gua Hantu salah satunya. Imajinasi saya sebagai anak-anak pun berkeliaran. Belum tahu bahwa film itu hanya akting. Pokoknya begitu melihat film Si Buta dari Gua Hantu, saya ingin bisa silat juga. Ingin memiliki kesaktian seperti Si Buta Dari Gua Hantu untuk melawan penjahat, kelak. 

Film Si Buta Dari Gua Hantu adalah film adaptasi dari komik karya Ganes TH dengan judul yang sama. Tokoh utamanya bernama Barda Mandrawata asal Banten yang memiliki ilmu beladiri silat yang tinggi. Dengan ilmu silat yang dimilikinya ia membasmi kebatilan.

Film ini dibintangi oleh Ratno Timoer, Maruli Sitompul dan Sri Rezeki. Disutradarai oleh Lilik Sudjio dan tata musik oleh Idris Sardi. Film Si Buta Dari Gua Hantu produksi tahun 1970. Namun hingga era 90-an masih kerap tayang di layar kaca bahkan layar tancap. Tradisi masyarakat Betawi saat menggelar hajatan, yaitu menanggap layar tancap.

Film Si Buta Dari Gua Hantu membuat saya menyukai film-film berjenis sama. Seperti Si Pitung dan Wiro Sableng. Tokoh jagoan yang memiliki ilmu bela diri tinggi. Imajinasi kanak-kanak saya merekam, bahwa jagoan itu ya begitu. Kalem, tidak neko-neko tapi hebat. Tidak harus petentang-petenteng biar kelihatan hebat. Cool saja. Begitu ada yang macam-macam baru kita tenteng.

Kalau untuk gambaran tipe jagoan dari luar yang saya suka adalah Jet Li. Semacam itulah. Dan saya merasa berterima kasih kepada ibu dalam hal ini. Berkat ibu yang kerap mengajak saya menonton film-film silat. Saya sempat merasakan rasanya jadi pendekar. 

Jadi ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, kegiatan ekstrakurikuler yang saya ikuti salah satunya pencak silat. Karena senang dan termotivasi jagoan-jagoan di film silat yang saya tonton, maka saya enjoy saja mengikuti latihan ini. Meski berat dan banyak kawan yang gugur alias berhenti di tengah jalan. 

Saya bersyukur selalu lolos setiap kali ujian kenaikan tingkat. Bahkan kerap bertanding dengan perguruan silat lain. Dari sini saya mengetahui bahwa tidak mudah untuk menjadi jagoan itu. Butuh latihan yang keras dan mental yang baja. Karena kerap dibentak-bentak oleh pelatihnya.

Memasuki Sekolah Menengah Atas saya beralih menekuni ilmu beladiri lain. Yaitu karate. Karena kegiatan di sekolah berbenturan waktunya dengan jadwal latihan silat. Setelah tiga tahun berlatih silat. Saya pindah haluan berlatih karate. 

Teknik dan metode yang diajarkan tentu berbeda. Silat beladiri asli Indonesia. Karate berasal dari Jepang. Istilah kata dan jurus-jurus nya pun berbeda. Namun intinya sama. Untuk pertahanan diri. Belajar sabar dan menahan diri. Juga kuat menahan sakit. Kecuali sakit hati ya? Ini tidak ada dalam ajaran... hehehe

Prestasi dalam beladiri karate lumayan oke. Saya bisa memecahkan tumpukan bata hingga lima tumpuk loh. Duluuuuuu....

Ya, dulu ketika masih rajin berlatih. Setelah lulus dan mulai bekerja, waktu berlatihnya sudah tidak sinkron. Akhirnya benar-benar berhenti latihan.

Sebetulnya sangat disayangkan. Namun kondisinya mengharuskan begitu. Ya, sudah. Tidak boleh disesali. 

Ya, saya tidak menyesal. Setidaknya saya sudah pernah merasakan belajar ilmu beladiri dan bertarung menghadapi lawan. Semua itu berkat ibu dan film Si Buta Dari Gua Hantu yang kami tonton.

Dan saya merasa beruntung menjadi penggemar film Si Buta Dari Gua Hantu. Karena ternyata film Si Buta Dari Gua Hantu merupakan film silat Indonesia yang banyak dipuji. (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun