Saya bersyukur selalu lolos setiap kali ujian kenaikan tingkat. Bahkan kerap bertanding dengan perguruan silat lain. Dari sini saya mengetahui bahwa tidak mudah untuk menjadi jagoan itu. Butuh latihan yang keras dan mental yang baja. Karena kerap dibentak-bentak oleh pelatihnya.
Memasuki Sekolah Menengah Atas saya beralih menekuni ilmu beladiri lain. Yaitu karate. Karena kegiatan di sekolah berbenturan waktunya dengan jadwal latihan silat. Setelah tiga tahun berlatih silat. Saya pindah haluan berlatih karate.Â
Teknik dan metode yang diajarkan tentu berbeda. Silat beladiri asli Indonesia. Karate berasal dari Jepang. Istilah kata dan jurus-jurus nya pun berbeda. Namun intinya sama. Untuk pertahanan diri. Belajar sabar dan menahan diri. Juga kuat menahan sakit. Kecuali sakit hati ya? Ini tidak ada dalam ajaran... hehehe
Prestasi dalam beladiri karate lumayan oke. Saya bisa memecahkan tumpukan bata hingga lima tumpuk loh. Duluuuuuu....
Ya, dulu ketika masih rajin berlatih. Setelah lulus dan mulai bekerja, waktu berlatihnya sudah tidak sinkron. Akhirnya benar-benar berhenti latihan.
Sebetulnya sangat disayangkan. Namun kondisinya mengharuskan begitu. Ya, sudah. Tidak boleh disesali.Â
Ya, saya tidak menyesal. Setidaknya saya sudah pernah merasakan belajar ilmu beladiri dan bertarung menghadapi lawan. Semua itu berkat ibu dan film Si Buta Dari Gua Hantu yang kami tonton.
Dan saya merasa beruntung menjadi penggemar film Si Buta Dari Gua Hantu. Karena ternyata film Si Buta Dari Gua Hantu merupakan film silat Indonesia yang banyak dipuji. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H