Saya melihat tulisan Taman Daan Mogot. Saya urung mengeluarkan ponsel. Dengan cepat saya angkat sepeda ini mendekati tempat tersebut. Lalu saya melihat sebuah rumah dengan papan keterangan di depannya. Cagar Budaya Monumen Palagan Lengkong.
"Wah, ini dia tempatnya," kata hati saya merasa girang.
Jadi ini yang disebut rumah Lengkong. Ini yang dulunya bagian dari hutan Lengkong. Tempat pertempuran antara tentara Indonesia TKR dengan tentara Jepang. Yang menewaskan Mayor Elias Daniel Mogot atau dikenal dengan nama Daan Mogot. Beserta 36 tentara lainnya termasuk dua di antaranya putra pendiri Bank BNI dan paman dari Prabowo Subianto.
Saya mengamati rumah tersebut. Dari depan terlihat kokoh. Tetapi dari samping dan belakang terlihat kotor dan rapuh. Di belakang ada sebuah sumur tua yang ditutup dengan sedikit lubang di atasnya. Rumah saksi sejarah yang tak terawat.Â
Saya mencari-cari letak monumennya. Sebab tak terlihat dari arah depan. Begitu melihat sebuah bendera berkibar segera saya hampiri tempat itu. Barulah terlihat sebuah pelataran cukup luas. Dengan sebuah monumen bertuliskan sejarah pertempuran Lengkong beserta nama-nama perwira yang gugur dalam pertempuran tersebut.
Monumen tersebut menghadap ke arah dalam. Jelas saja tak terlihat dari luar. Hanya gundukan tanah yang saya pikir dan mungkin orang lain pun berpikiran sama. Tanah gundukan bagian dari wilayah padang golf.Â
Suasana begitu sepi. Hanya petugas kebersihan yang terlihat sedang serius menyapu jalanan. Kemudian duduk beristirahat di tepi jalan.Â
Saya segera mengabadikan setiap sudut tempat tersebut. Tak lupa untuk swafoto sebagai kenang-kenangan. Kalau saya sudah gowes sampai ke sini.