Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membatik, Salah Satu Upaya Warga Tangerang Melestarikan Budaya Bangsa

1 April 2019   23:22 Diperbarui: 12 April 2019   03:01 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batik. Selembar kain yang digambar dengan malam/lilin menggunakan canting sebagai alat untuk menggambarnya. Teknik membatik seperti ini disebut teknik canting. Kain batik yang dihasilkan disebut batik tulis. Karena proses membatik seperti ini tidaklah mudah. Apalagi jika motif yang dipilih tidak sembarangan alias rumit. Wajar jika harga selembar kain batik tulis tidak murah. 

Di Indonesia membatik dengan cara seperti ini sudah menjadi budaya dan tradisi turun menurun. Terutama di daerah Yogyakarta dan Surakarta yang merupakan wilayah kesultanan. Di mana pada masa kejayaannya kain batik menjadi pakaian yang dikenakan sehari-hari oleh raja hingga para abdi dalem. 

Bahkan raja dan permaisuri mampu membatik sesuai filosofinya masing-masing. Oleh karenanya penggunaan batik pada masa itu pun tidak sembarangan. Sesuai dengan tingkatannya. Juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Kain batik untuk suasana berkabung tentu berbeda dengan kain batik yang dikenakan pada saat pesta pernikahan.

Seiring perkembangan zaman, kain batik tersebut mulai dikenal luas. Tak hanya di dalam negeri tetapi juga sampai ke luar negeri. Dan kini penggunaannya tidak sesakral dahulu. Apalagi setelah pada 2 Oktober 2009 UNESCO menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan non benda asal Indonesia. Siapa saja bisa mengenakan batik sesuai selera.

Pengakuan internasional terhadap budaya ini membuat kita wajib menjaga serta melestarikannya. Tidak hanya bangga serta cinta terhadap batik. Tetapi ada tindakan nyata sebagai wujud kepedulian.

Salah satu daerah yang konsen menjaga kelestarian batik sebagai salah satu budaya bangsa adalah kota Tangerang. Melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), pemerintah gencar mengembangkan tradisi membatik. 

Sejak tahun 2018 Disbudpar menyelenggarakan pelatihan membatik di wilayah kecamatan Tangerang. Warga yang memiliki ketertarikan dan kecintaan terhadap batik terus dibina sampai bisa mandiri. Bahkan dalam satu RW sudah ada yang memproklamirkan diri sebagai kampung batik. Tentu saja hal ini merupakan kemajuan yang membanggakan bagi pemerintahan kota Tangerang dan Disbudpar pada khususnya.

Namun kelompok-kelompok mandiri yang mencintai batik juga banyak tersebar di wilayah kota Tangerang. Mereka ada yang membentuk sanggar seperti sanggar batik kembang mayang di daerah Larangan Selatan. Dan sanggar batik palbatu. Semuanya mengangkat batik sebagai komoditi.

Secara keseluruhan Kota Tangerang sudah memiliki batik sesuai icon kota ini. Sebut saja batik Nyi Mas Melati. Diambil dari salah satu pendekar perempuan asal Tangerang. Lalu ada batik Cisadane. Diambil dari sungai Cisadane yang membelah kota Tangerang. Hal ini menunjukkan kreativitas para pembatik Kota Tangerang.

Tahun 2019 Disbudpar Kota Tangerang kembali menyelenggarakan pelatihan membatik selama empat hari. Sebagai kelanjutan dari program sebelumnya. Jika tahun lalu teknik membatik yang diajarkan berupa teknik colet. Tahun ini berupa teknik canting. Dr. Ir. Indra Tjahyani selaku pengajar memberikan pengetahuan membatik kepada para peserta secara detail. 

Hari pertama yang sekaligus pembukaan, peserta diberikan pengenalan mengenai apa itu batik, bagaimana batik diproses sampai pada filosofi yang terdapat pada selembar kain batik. Antusias warga sangat tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang hadir. 

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Selanjutnya para peserta diberi arahan mengenai cara menggambar dan membuat pola batik sebelum dicetak dalam kain. Sesi ini cukup menarik perhatian. Sebab banyak peserta yang bingung mau menggambar apa? Padahal diminta menggambar sesuai kata hati. Tak jarang peserta yang akhirnya goegling mencari inspirasi motif batik yang akan ia buat. 

Para peserta sebagian besar para ibu paruh baya. Tetapi ada juga yang lansia. Mereka begitu bersemangat menggambar motif batik. Meski dari pengajar diberikan salinan motif batik tradisional, tetapi para peserta tetap diminta untuk menggambar motif karya mereka sendiri. Gunanya agar terbiasa menciptakan karya-karya yang baru.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Kegiatan hari pertama pelatihan membatik para peserta diberi PR untuk dibawa pada hari berikutnya. 

Hari kedua pelatihan membatik para peserta mulai diajarkan cara mencanting. Tak hanya itu. Para peserta juga diperkenalkan dengan berbagai jenis pewarnaan dalam batik beserta kombinasi warnanya. Harapannya kelak para peserta benar-benar menguasai teknik membatik secara keseluruhan. Mulai dari menggambar, mencanting hingga pewarnaan.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Di hari kedua ini para peserta mendapatkan kejutan dengan kehadiran bapak walikota Tangerang Arief R. Wismansyah. Pak walikota sangat mendukung kegiatan tersebut. Bahkan meminta para peserta nantinya bisa menciptakan satu icon batik Tangerang secara keseluruhan sebagai satu kesatuan. 

Pada hari ketiga para peserta mulai memberi pewarna pada kain yang sudah mereka canting. Para peserta juga diajarkan cara melorod kain. Yaitu menghilangkan malam/lilin pada kain dengan menggunakan air panas. Ini merupakan proses terakhir dari kegiatan membatik. Tentu saja setelah proses pewarnaan tuntas semua. 

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Dari pelatihan ini diharapkan para peserta bisa mulai memberdayakan batik sebagai usaha mandiri. Baik secara perorangan maupun kelompok. Tentu saja dengan terus menerus giat mempelajari seni membatik. Tidak hanya selesai sampai di sini. Harapan jangka panjangnya kegiatan membatik yang dilakukan para ibu ini bisa menjadi usaha sampingan. Yang akhirnya bisa menopang perekonomian keluarga.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Untuk itu pada hari terakhir pelatihan. Para peserta akan diajak mengunjungi pengusaha batik di daerah Cirebon untuk study banding. Seperti apa cerita perjalanan para peserta ini di Cirebon? Nantikan cerita saya selanjutnya. (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun