Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Yuk Cari Tahu Ada Apa di Museum Katedral

10 April 2019   02:11 Diperbarui: 10 April 2019   08:49 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar nama Katedral yang terlintas dalam pikiran saya adalah bangunan megah di depan masjid Istiqlal, yakni Gereja Katedral. Tempat ibadah umat Katolik yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.

Ternyata saya salah. Dibalik kemegahan Gereja Katedral ada sebuah bangunan lain yang bernama Museum Katedral. Sebagai pencinta museum dan sejarah tentu saja hati ini tergelitik untuk mengunjungi tempat tersebut. 

Pada satu ketika seorang kawan dari Kelompok Pencinta Museum Indonesia (KPMI) mengusulkan untuk mengunjungi museum Katedral. Maka dengan penuh semangat saya menyetujuinya. "Iya, iya. Ke sana saja jadwal kita. Aku belum pernah soalnya."

Begitu hari dan waktu yang telah disepakati tiba, kami pun langsung bertemu di lokasi. Gedung museum Katedral berada di halaman samping Gereja Katedral. Oleh karenanya semua pengunjung harus melewati pintu masuk gereja.

Bincang-bincang dengan petugas museum/Dokpri
Bincang-bincang dengan petugas museum/Dokpri
Setelah kami semua berkumpul segeralah menuju museum. Kedatangan kami disambut hangat dan ramah oleh petugas museum. Seperti biasa kami dipersilahkan mengisi buku tamu.  Berbincang-bincang sejenak. Setelah itu kami dipersilakan melihat-lihat ruangan museum.

Ruangan pertama yang kami kunjungi berada di sebelah kanan meja resepsionis. Ruangan ini berisi kisah keuskupan Agung Jakarta. Disertai foto dan riwayat hidup masing-masing pastor. Mulai dari yang pertama sampai terkini. Di ruang ini terpampang juga sejarah masuknya ajaran Katolik ke Larantuka, Flores yang kini disebut sebagai Vatikannya Indonesia.

Ruang sejarah para pastor dari tahun ke tahun/Dokpri
Ruang sejarah para pastor dari tahun ke tahun/Dokpri
Usai mengunjungi ruangan pertama, selanjutnya kami menyisir ruangan berikutnya. Di dalam ruangan ini terdapat beberapa benda koleksi Gereja Katedral. Seperti wadah suci dan batu bata asli yang digunakan untuk membangun gereja katedral pada tahun 1810.

Batu bata yang digunakan dalam pembangunan Gereja Katedral tahun 1810/Dokpri
Batu bata yang digunakan dalam pembangunan Gereja Katedral tahun 1810/Dokpri
Berhadapan dengan ruangan tempat kami berada terdapat sebuah ruangan lagi yang disebut ruang teater. Kami tak menonton pertunjukan di sana melainkan lanjut ke ruangan berikutnya. Ruangan yang diberi nama Zona Masa Lalu Dalam Pustaka. Di sini kita  melihat patung Bunda Maria berkonde karya Romo Reksaatmadja yang dibuat pada tahun 1930.

Usai menjelajah ruangan ini, selanjutnya kami menuju sebuah ruangan yang diberi nama Zona Kemartiran dan Relikwi. Di ruangan ini kita bisa melihat benda kenang-kenangan dari para Paus yang pernah bertugas di Gereja Katedral.

Disebelah ruangan ini ada sebuah ruangan lagi yang diberi nama Zona Liturgi. Ruangan ini berisi koleksi pakaian yang biasa dikenakan oleh para Paus. Kami jadi mengetahui tentang kapan dan bagaimana Paus mengenakan pakaian berwarna putih atau ungu. Saya pikir suka-suka saja mengenakan pakaiannya. Ternyata ada aturannya. 

Koleksi furniture dari abad 17-19/Dokpri
Koleksi furniture dari abad 17-19/Dokpri
Terakhir ruangan yang kami jelajahi bernama Zona Koleksi Abad 17-19. Isinya ragam furniture kepastoran Gereja Katedral pada jaman dulu. Terjaga dan terawat sampai sekarang. Menarik bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun