Mendengar nama Katedral yang terlintas dalam pikiran saya adalah bangunan megah di depan masjid Istiqlal, yakni Gereja Katedral. Tempat ibadah umat Katolik yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
Ternyata saya salah. Dibalik kemegahan Gereja Katedral ada sebuah bangunan lain yang bernama Museum Katedral. Sebagai pencinta museum dan sejarah tentu saja hati ini tergelitik untuk mengunjungi tempat tersebut.Â
Pada satu ketika seorang kawan dari Kelompok Pencinta Museum Indonesia (KPMI) mengusulkan untuk mengunjungi museum Katedral. Maka dengan penuh semangat saya menyetujuinya. "Iya, iya. Ke sana saja jadwal kita. Aku belum pernah soalnya."
Begitu hari dan waktu yang telah disepakati tiba, kami pun langsung bertemu di lokasi. Gedung museum Katedral berada di halaman samping Gereja Katedral. Oleh karenanya semua pengunjung harus melewati pintu masuk gereja.
Ruangan pertama yang kami kunjungi berada di sebelah kanan meja resepsionis. Ruangan ini berisi kisah keuskupan Agung Jakarta. Disertai foto dan riwayat hidup masing-masing pastor. Mulai dari yang pertama sampai terkini. Di ruang ini terpampang juga sejarah masuknya ajaran Katolik ke Larantuka, Flores yang kini disebut sebagai Vatikannya Indonesia.
Usai menjelajah ruangan ini, selanjutnya kami menuju sebuah ruangan yang diberi nama Zona Kemartiran dan Relikwi. Di ruangan ini kita bisa melihat benda kenang-kenangan dari para Paus yang pernah bertugas di Gereja Katedral.
Disebelah ruangan ini ada sebuah ruangan lagi yang diberi nama Zona Liturgi. Ruangan ini berisi koleksi pakaian yang biasa dikenakan oleh para Paus. Kami jadi mengetahui tentang kapan dan bagaimana Paus mengenakan pakaian berwarna putih atau ungu. Saya pikir suka-suka saja mengenakan pakaiannya. Ternyata ada aturannya.Â