JATIWARINGIN. Daerah yang tidak jauh dari Pondok Gede dan sekitarnya. Tetapi lumayan jauh bagi kita yang tinggal di Tangerang. Saya merasa tertantang untuk mengunjungi daerah tersebut dengan bersepeda. Alhamdulillah sukses tanpa ada halangan apapun. Dan begini ceritanya.
Suatu hari saya membuat janji untuk bertemu dengan penulis novel era 70-an Maria A.Sardjono. Beliau adalah salah satu penulis idola saya yang kini tinggal di Yogyakarta. Sebelum pindah beliau tinggal di daerah Jatibening. Dan saya pernah berkunjung ke rumah beliau dengan mengendarai sepeda motor.
Ketika beliau berkunjung ke Jakarta, ini merupakan momen dimana saya bisa temu kangen dengan beliau. Maka dibuatlah kesepakatan untuk bisa berjumpa di kediaman anak beliau. Begitu diberitahu alamatnya ternyata daerah Jatiwaringin. Saya pikir itu tidak jauhlah dari Pondok Gede. Berhubung saya pernah tinggal di sana jadi tidak terlalu asing dengan daerah Pondok Gede dan sekitarnya. Maka tercetuslah niat untuk bersepeda ke sana.
Bersepeda dari Tangerang ke Jatiwaringin? Iyes. Enggak masalah toh! Itu kan jauh? Memang benar jika dibayangkan. Tetapi ketika dijalani asyik saja tuh. Maka begitulah. Setelah tanggal dan jam pertemuan sudah ditentukan, saya pun bersiap memulai perjalanan. Tentu saja tanpa mengatakan kepada Bu Maria kalau saya ke sana bersepeda. Pasti tidak diijinkan.Â
Pukul 05.00 WIB saya sudah star dari rumah di Kreo. Dengan malamnya sudah menyiapkan perbekalan berupa kotak sarapan, botol minum, alat sholat, alat kesehatan, pakaian ganti dan beberapa buah. Kesemuanya saya simpan di bagasi. Eh, ada satu lagi yaitu tongsis. Ini benda yang tak boleh dilewatkan karena sangat berarti bagi solo biker seperti saya. Untuk selfie tentunya.
Mengambil rute jalan Ciledug Raya arah Kebayoran lama, saya mulai melaju dari rumah untuk membelah jalanan. Tiba di depan universitas Budi Luhur saya membelok ke arah kanan menuju Bintaro. Saya kayuh sepeda mengikuti jalan. Tujuan saya adalah jalan kesehatan. Karena saya ingin memotong jalan menuju jalan TB Simatupang.
Sepeda saya kayuh dengan riang gembira karena bisa menghirup udara pagi yang sejuk. Tak terasa perjalanan saya tiba juga di daerah TB Simatupang. Lurus saja mengikuti jalan ini, nanti tiba di perempatan Cijantung baru dipikirkan mau melalui jalur mana lagi.
Di salah satu halte sekitar pintu gerbang tol TB Simatupang, saya hentikan laju sepeda ini untuk sarapan. Karena saat berangkat hanya minum susu dan roti. Dibawa berkayuh beberapa kilometer perut sudah terasa lapar lagi. Maka saya buka perbekalan dan santai sejenak di halte.Â
Tak peduli beberapa pejalan kaki yang melirik dengan tatapan penuh tanya. Seharusnya kalau ingin tahu alias kepo ya tanya saja. Akan saya jawab dengan senang hati kok. Tetapi inilah kebanyakan masyarakat kita, rasa ingin tahunya tinggi tetapi enggan bertanya. Akhirnya membuat kesimpulan sendiri yang ujungnya salah. Tetapi tak mau disalahkan.Â
Ada sekitar setengah jam saya beristirahat sekaligus membiarkan makanan yang sudah ludes ini tertata dengan rapi di lambung. Karena setelahnya makanan tersebut akan digiling supaya menjadi energi yang akan saya gunakan untuk melanjutkan perjalanan ini.Â