Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Satu Jam bersama Bapak Ilustrasi Indonesia

1 Agustus 2018   06:20 Diperbarui: 1 Agustus 2018   07:59 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bapak ilustrasi Indonesia?"

"Who is He?"

Mendengar sebutan Bapak Ilustrasi Indonesia mungkin sebagian besar dari kita ada yang mengerutkan kening alias bingung. Ada juga sebagian yang langsung paham.

"Oh, itu. Yes, I know."

deviantart.com
deviantart.com
Tapi jika ditunjukkan sebuah hasil karya seni berupa Foto Marak Berkotak (FMB). Atau sekarang ini lebih dikenal dengan sebutan WPAP. Maka sebagian besar orang terutama yang berkecimpung dalam bidang seni pasti paham betul, siapa yang dimaksud dengan Bapak Ilustrasi Indonesia itu? 

Ya, beliau adalah Wedha Abdul Rasyid. Seniman grafis Indonesia yang menciptakan aliran WPAP. Aliran seni moderen yang telah dipatenkan milik Indonesia. Karya putra Indonesia. WPAP sendiri kepanjangan dari Wedha's Pop Art Potrait. Seni menggabungkan ragam warna yang harmonis sehingga membentuk tokoh yang digambar.

Pria kelahiran Pekalongan, 10 Maret 1951 ini sejak tahun 1970-an sudah menekuni dunia ilustrasi. Sebagai seorang ilustrator namanya semakin berkibar ketika tahun 1977, saat bergabung dengan majalah Hai, ia membuat ilustrasi untuk cover buku Arswendo Atmowiloto, Hilman Hadiwijaya dengan Lupus-nya, Gol A Gong dengan Balada  Si Roy dan lain-lain. Juga membuat potret beberapa tokoh dan seniman yang diwawancarai oleh majalah tersebut.

dokpri
dokpri
Saya yang menggemari novel Balada Si Roy tentu saja tak asing dengan nama beliau. Begitu pun ketika seni WPAP yang beliau ciptakan mulai dikenal luas oleh masyarakat dalam dan luar negeri. Saya menjadi salah satu penikmat karya beliau. Bisa bertemu dan berbincang-bincang langsung dengan tokoh seniman sekelas beliau tentu bukan hal mudah. Tapi tak ada yang tak mungkin selama kita masih ada di satu dunia. Asal mau bersabar. Pasti dapat. 

Era digital sekarang ini memudahkan kita terhubung dengan siapa pun. Dibelahan bumi manapun. Setelah mencari tahu tentang beliau dan berhasil membuat janji. Akhirnya pada Sabtu, 28 Juli 2018 saya berkesempatan menjumpai beliau dikediamannya. 

Sore yang telah disepakati, saya dengan mengendarai sepeda meluncur menuju ke kediaman beliau dibilangan Jakarta Barat. Sementara saya sendiri tinggal di daerah Tangerang. Perjalanan yang cukup menguras tenaga dan keringat. Tapi terbayar dengan perasaan happy ketika berhasil menjumpai beliau.

Dengan ramah saya disambut sendiri oleh Pak Wedha dan istri. Setelah memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud kedatangan saya. Beliau sangat antusias bercerita dan menjawab beberapa pertanyaan yang saya lontarkan. Salah satunya tentang kisah cinta beliau dengan istri yang tercetus begitu saja dalam perbincangan seru sore itu.

dokpri
dokpri
Meski saya seorang perempuan dan bukanlah seorang seniman. Tapi beliau menyambut saya dengan hangat. Apalagi saya membawa beberapa buku dan kaos yang ingin ditandatangani oleh beliau. Buku dan kaos Balada Si Roy yang ilustrasinya karya beliau. Kami pun berbincang-bincang tentang proses kreatif terciptanya karya tersebut. Tak lupa juga saya meminta pendapat beliau tentang cover buku yang kebetulan buku karya saya sendiri. Jadi Sabtu sore yang cerah itu saya mendapat banyak hal dari kunjungan ke tempat beliau. Ilmu, pengalaman dan juga wawasan. 

Tak terasa satu jam sudah kunjungan saya ini. Mengingat perjalanan saya masih jauh dan beliau juga tentu ada acara lain, mengingat itu adalah akhir pekan. Maka saya sudahi kunjungan ini dengan sama-sama berharap suatu saat bisa bertemu lagi dalam suasana yang lebih santai. 

Satu hal yang beliau beliau tekankan sebelum kami berpisah. "Bersyukurlah orang-orang seperti kita ini, yang ditakdirkan menjadi seniman atau penulis. Karena kita sudah kaya dari apa yang kita kerjakan, bukan dari apa yang kita dapatkan."

Yes, Master. Saya sependapat. Dan thanks God karena telah memberi saya kesempatan untuk bisa bertemu dengan orang-orang hebat, yang dari perbincangannya banyak hal yang didapat. (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun