Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Debus, Kesenian yang Membuat Banten Terdengar Mistis

23 Juni 2018   20:15 Diperbarui: 23 Juni 2018   20:32 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Darimana asal si bapak tadi itu?"

"Banten katanya."

"Wah, hati-hati! Orang Banten biasanya punya ilmu kebal. Tidak mempan senjata tajam."

Percakapan seperti itu bukan sesuatu yang asing terdengar di telinga, manakala berbicara tentang Banten. Salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan pemekaran dari Provinsi Jawa Barat. Sejak memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000, Banten menjadi sebuah provinsi mandiri yang memiliki daya tarik tersendiri.

Banten yang beribukota di Serang ini letak geografisnya sangat strategis. Dibagian barat, Banten berbatasan dengan Selat Sunda. Dibagian timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Dibagian Utara berbatasan dengan Laut Jawa. Dan dibagian selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Potensi pariwisata di Banten juga sangat potensial dan menarik banyak wisatawan. Baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Beberapa pariwisata di Banten yang sudah cukup dikenal luas di antaranya:

- Kawasan Ujung Kulon

- Pedalaman Baduy

- Pantai Tanjung Lesung

- Masjid Agung Banten

- Dan masih banyak lagi

Tapi sebelum menjadi provinsi tersendiri, Banten sejak dulu memang sudah dikenal luas. Bahkan Portugis pertama kali mendarat di Indonesia ya di pelabuhan Banten ini. Bahkan Banten dahulu dikenal sebagai kota pelabuhan yang ramai. Kebesaran pelabuhan Banten sejajar dengan Malaka dan Makasar kala itu.

Adalah Maulana Hasanuddin yang mendirikan Kesultanan Banten pada tahun 1957. Dalam masa ini sudah ada kesenian debus di wilayah Banten. Sebuah kesenian yang menampilkan kekebalan para pemainnya terhadap benda-benda tajam. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa sekitar tahun 1651-1692, debus bahkan dijadikan alat untuk melawan penjajahan Belanda. Kekuatan dan kekebalan yang dimiliki para pemain debus membuat ciut nyali orang-orang Belanda. Hal ini memompa semangat masyarakat Banten dalam mempelajari kesenian debus. Tak heran jika dikemudian hari masyarakat awam menyebut orang Banten itu memiliki ilmu mistis, karena tidak mempan ditusuk senjata tajam.

Padahal debus merupakan kesenian. Pertunjukan seni yang dimainkan oleh sekelompok orang dengan iringan musik tradisional. Jumlah pemain dalam satu kelompok biasanya antara 12-15 orang. Dengan masing-masing pemain memiliki tugas yang berbeda-beda.

1 orang sebagai juru gendang

1 orang lagi sebagai penabuh tembang

2 orang sebagai penabuh dogdog tingtit

1 orang sebagai penabuh kecrek

4 orang sebagai penzikir

5 orang sebagai pemain atraksi

1 orang sebagai sychu

Sebelum bermain para pemain berzikir terlebih dahulu. Mengucapkan puji-pujian terhadap Allah SWT dan Baginda Rasulullah SAW. Setelah itu barulah pertunjukan dimulai dengan atraksi yang ditampilkan satu per satu oleh para pemain debus tersebut. Mulai dari mengupas kelapa dengan gigi, mengiris tangan pakai golok, makan kaca dan beling, berjalan di atas api dan masih banyak lagi.

Debus memang pertunjukan seni yang berbau mistis. Tapi bernuansa islami. Pemain debus sendiri bukan orang sembarangan. Mereka para pemain itu telah melalui dan melakukan banyak hal sebelum menjadi kebal seperti itu. Sebab pertunjukan debus lekat dengan maut. Wajar jika masyarakat umum merasa bergidik dan ngeri melihat pertunjukan debus. 

Dalam acara-acara dan kegiatan resmi di Banten, kesenian debus ini kerap dipertontonkan sebagai acara pembuka. Sehingga debus pun dengan sendirinya sangat dikenal luas sebagai kesenian asal Banten. Bahkan sejak tahun 2014 telah digelar Festival Debus se-Banten yang bertempat di kawasan wisata Banten, seperti pantai Anyer. Tak heran kesenian debus semakin populer di kalangan masyarakat. 

Apalagi kini debus telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia. Maka tugas kita semua menjaga kelestarian kesenian ini. Agar kini, nanti dan selamanya orang akan ingat. Debus, antara seni dan mistis asal Banten. (EP)

Dari berbagai sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun