Tapi sebelum menjadi provinsi tersendiri, Banten sejak dulu memang sudah dikenal luas. Bahkan Portugis pertama kali mendarat di Indonesia ya di pelabuhan Banten ini. Bahkan Banten dahulu dikenal sebagai kota pelabuhan yang ramai. Kebesaran pelabuhan Banten sejajar dengan Malaka dan Makasar kala itu.
Adalah Maulana Hasanuddin yang mendirikan Kesultanan Banten pada tahun 1957. Dalam masa ini sudah ada kesenian debus di wilayah Banten. Sebuah kesenian yang menampilkan kekebalan para pemainnya terhadap benda-benda tajam. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa sekitar tahun 1651-1692, debus bahkan dijadikan alat untuk melawan penjajahan Belanda. Kekuatan dan kekebalan yang dimiliki para pemain debus membuat ciut nyali orang-orang Belanda. Hal ini memompa semangat masyarakat Banten dalam mempelajari kesenian debus. Tak heran jika dikemudian hari masyarakat awam menyebut orang Banten itu memiliki ilmu mistis, karena tidak mempan ditusuk senjata tajam.
Padahal debus merupakan kesenian. Pertunjukan seni yang dimainkan oleh sekelompok orang dengan iringan musik tradisional. Jumlah pemain dalam satu kelompok biasanya antara 12-15 orang. Dengan masing-masing pemain memiliki tugas yang berbeda-beda.
1 orang sebagai juru gendang
1 orang lagi sebagai penabuh tembang
2 orang sebagai penabuh dogdog tingtit
1 orang sebagai penabuh kecrek
4 orang sebagai penzikir
5 orang sebagai pemain atraksi
1 orang sebagai sychu
Sebelum bermain para pemain berzikir terlebih dahulu. Mengucapkan puji-pujian terhadap Allah SWT dan Baginda Rasulullah SAW. Setelah itu barulah pertunjukan dimulai dengan atraksi yang ditampilkan satu per satu oleh para pemain debus tersebut. Mulai dari mengupas kelapa dengan gigi, mengiris tangan pakai golok, makan kaca dan beling, berjalan di atas api dan masih banyak lagi.