Peran guru juga diharapkan melek literasi digital, agar bisa menggunakan platform digital yang sesuai untuk pembelajaran jarak jauh (PJJ) sehingga ada ruang interaksi dan komunikasi peserta didik, siswa dan guru agar tercapai tujuan pembelajaran, tidak capaian literasi dan numerasi, tapi juga pendidikan karakter.
UU No. 23 tahun 2003 hendaknya menjadi perhatian, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik hingga menjadi manusia seutuhnya yang mempunyai karakter religius, nasionalis, humanis, pancasilais dan demokratis. Untuk mewujudkan ini tidak mudah, apalagi di tengah pandemi saat ini. Dibutuhkan kerjasama yang solid antara pihak sekolah, orang tua dan peserta didik. Interaksi dan keterbukaan dengan menggunakan berbagai aplikasi terus diupayakan, sehingga proses penanaman nilai-nilai akan mudah dilakukan.
Pendidikan karakter sejatinya terus ditanamkan mulai sejak dini hingga dewasa sekitar usia 21 tahun. Ketika proses PJJ berlangsung di rumah, orang tua dengan sabar membimbing memotivasi, mengarahkan, mengingatkan dan menanamkan nilai-nilai dari potensi hati seperti ketakwaan, kejujuran, kedisiplinan, bertanggung jawab, amanah, dan kesabaran. Nilai-nilai dari potensi akal seperti kreatif, inovatif, kritis, cerdas, analitis dan kuriositas. Sedangkan nilai-nilai dari potensi raga seperti tahan banting, tangguh, sehat, andal, kooperatif, ulet dan gigih. Â Â
Pendidikan karakter akan mendorong siswa memiliki kepercayaan diri, kemampuan bekerjasama, kemampuan bergaul, kemampuan berkomunikasi, empati, dan kemampuan berkonsentrasi. Kegagalan anak di sekolah bukan saja faktor kecerdasan, tapi pendidikan karakter yang tidak ada pada diri anak.
Pendidikan karakter dalam PJJ tidak hanya dibebankan di sekolah. Namun, nilai-nilai yang sudah diterapkan dari sekolah jangan sampai hilang ketika PJJ diberlakukan dari rumah. Diperlukan sinergitas, kolaborasi, dan kerjasama antara guru, orang tua, dan anak dalam mewujudkan pendidikan karakter. Jangan sampai, PJJ justru memicu stres pada anak dan orang tua, karena guru yang hanya memberikan tugas yang setumpuk dan fokus pada semua capaian kompetensi disetiap mata pelajaran, tapi tidak memperhatikan situasi dan kondisi yang dialami anak, sehingga memicu stres, depresi dan mengakibatkan pada kesehatan mental, penganiayaan, klimaksnya sampai bunuh diri.
Pendidikan karakter pada PJJ merupakan hal yang amat penting dan jangan sampai diabaikan. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 seperti ini, pendidikan karakter harus bisa diwujudkan dengan sama-sama keterbukaan antara guru, orang tua dan anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H