Sumber foto: Â www.pixabay.com
Surat An-Nisa (4): 32
Artinya: "Dan janganlah kalian mengangankan karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kalian atas sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nisa [4]: 32)
Sebab turunnya ayat ini adalah sebagaimana hadis sahih yang diriwayatkan Imam Ahmad dan lain-lain dari Ummu Salamah yang berkata: "Wahai Rasul Allah, para lelaki berperang dan kami (kaum wanita) tidak berperang, dan bagi kami setengah harta waris (dibanding lelaki)."
Dan sejumlah riwayat lain dalam Tafsir Ibn Katsir yang mengungkap adanya keinginan masing-masing gender yang mengarah pada sikap iri hati satu sama lain: kaum wanita ingin berperang di jalan Allah dan mati syahid, tetapi mereka tidak mampu. Kaum lelaki ingin pahala yang berlipat ganda sebagaimana porsi waris mereka dua kali lipat dari kaum wanita. Â Ayat ini melarang sikap iri hati terhadap keutamaan duniawi atau agama (di luar yang diizinkan syariat).Â
Menurut Ibnu Jarir, silakan beramal dan berusaha menurut kemampuan masing-masing, jika baik maka akibatnya baik, jika buruk akibatnya pun buruk. Jangan saling iri akan tetapi mintalah keutamaan kepada Allah. Allah senang bila diminta dan Allah cinta kepada hamba-Nya yang meminta jalan keluar dari kesulitan.Â
Allah juga Maha Mengetahui siapa yang pantas diberi keutamaan duniawi dan siapa yang tidak, siapa yang berhak memperoleh keutamaan akhirat hingga ia memantaskan amalannya dan siapa yang berhak atas kehinaan hingga ia terputus dari kebaikan dan sebab-sebabnya. Â
Surat An-Nisa (4): 34
Artinya: "Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberi nafkah dari hartanya." (QS. An-Nisa (4): 34)
Berkata Ibnu Katsir dalam tafsirnya: Allah berfirman (Laki-laki itu pelindung bagi perempuan) yaitu laki-laki adalah pelindung dan penanggung perempuan, maksudnya: dialah pimpinannya, yang dituakan, yang menjadi hakim atasnya, dan yang mendidiknya jika sang wanita bengkok.Â
(karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan)) karena laki-laki lebih utama dan lebih baik dari wanita. Karena itulah kenabian khusus diberikan kepada kaum pria, demikian pula kuasa politik tertinggi hanya boleh dipegang kaum pria berdasarkan hadis: "Tidak akan beruntung kaum yang dipimpin wanita." Riwayat Bukhari dari Abu Bakrah. Demikian pula jabatan-jabatan pengadilan dan selain itu. Â
(dan karena mereka (laki-laki) telah memberi nafkah dari hartanya ) berupa mahar, beragam nafkah dan biaya-biaya yang diwajibkan Allah untuk mereka tunaikan kepada kaum wanita baik di dalam kitab-Nya maupun di dalam sunnah Nabi-Nya shallallahu alaihi wasallam.
Maka, lelaki secara bawaan lebih utama daripada perempuan. Ia punya keutamaan dan  kelebihan, atas kaum perempuan. Karenanya pantas jika dijadikan pelindung bagi kaum hawa. Sebagaimana firman Allah Ta'ala: "Dan bagi kaum lelaki ada keutamaan derajat atas kaum wanita. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah (2): 228)
Surat At-Taubah (9): 108
Artinya: "Janganlah engkau melaksanakan salat dalam masjid itu selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada para lelaki yang suka menyucikan diri diri. Dan Allah mencintai orang-orang yang suka menyucikan diri." (QS. At-Taubah (9): 108)
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'dy dalam tafsirnya:
(Jangan kau berdiri di dalamnya)Â Yaitu: jangan salat di masjid itu - yang dibangun untuk menimbulkan mudarat selamanya. Allah telah mencukupkan kalian darinya dan kalian sendiri tidak dalam posisi yang sangat membutuhkan terhadap masjid itu.
(Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama) yang menampakkan Islam di Quba yakni Masjid Quba-- dibangun atas dasar mengikhlaskan agama untuk Allah, menegakkan zikir kepada-Nya dan syiar-syiar agama-Nya -- dan merupakan yang terdahulu dan lebih mapan dalam hal ini, maka inilah masjid yang utama.
(adalah lebih pantas kau laksanakan salat di dalamnya) dan beribadah, dan mengingat Allah Ta'ala. Maka masjid ini lebih mulia dan ahli masjid ini adalah orang-orang yang memiliki keutamaan.
Karena itulah Allah memuji mereka (para lelaki ini) dengan firman-Nya (Di dalamnya ada para lelaki yang suka menyucikan diri) dari dosa, dan membersihkan diri dari kotoran, najis dan hadats.
Dimaklumi bahwa siapa yang mencintai sesuatu pasti ia bersegera serta bersungguh-sungguh melakukan sesuatu yang ia cintai tersebut.
Maka, sudah pasti para lelaki ini  sangat bersemangat untuk menyucikan/membersihkan diri mereka dari semua dosa, kotoran dan hadats. Dan mereka ini lebih dulu dalam keislaman mereka, dan mereka senantiasa menegakkan salat, selalu ikut serta berjihad bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, menegakkan syariat-syariat agama, dan menjaga diri dari menyelisihi Allah dan Rasul-Nya.
Setelah turun ayat ini Nabi shallallahu alaihi wasallam bertanya kepada mereka tentang sebab mengapa mereka dipuji lantaran taharah mereka. Maka mereka menjawab bahwa mereka menyusulkan air setelah bersuci dengan batu, maka Allah memuji perilaku mereka ini.
(dan Allah mencintai orang-orang yang menyucikan diri) Baik kesucian maknawi: menyucikan diri dari syirik dan akhlak yang hina, maupun kesucian hissi /jasmani seperti menghilangkan najis dan membersihkan hadats.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI