Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menulis: Bahasa Jurnalistik sebagai Refleksi Berbahasa Masyarakat

8 Februari 2022   08:28 Diperbarui: 8 Februari 2022   08:34 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bahasa Jurnalistik sebagai Refleksi Berbahasa Masyarakat

 

Bagaimana Penggunaan Bahasa Jurnalistik Saat Ini?

          Bahasa digunakan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Seiring dengan kemajauan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi merupakan sesuatu yang penting dan mutlak dibutuhkan di segala bidang. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi diantaranya dengan membaca media massa. Hal ini menjadi suatu kebutuhan bagi mereka yang haus akan informasi agar tidak tertinggal pada era globalisasi ini.

         Media massa adalah sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat umum. Salah satu media massa, yaitu media cetak merupakan sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala seperti koran, tabloid, dan majalah.

        Surat kabar (koran) merupakan salah satu media cetak yang menyampaikan informasi kepada pembacanya. Pembaca bisa mendapatkan informasi untuk memperluas pengetahuan dan cakrawalanya. Selain itu, pembaca juga dapat mengamati perkembangan bahasa pada surat kabar dengan begitu jelas. Namun, perlu diperhatikan, tidak semua surat kabar menggunakan ragam bahasa jurnalistik dengan baik.

         Hal utama yang harus diperhatikan dalam penggunaan ragam bahasa jurnalistik adalah pesan yang disampaikan oleh surat kabar apakah diterima secara benar oleh pembaca. Sebagai gambaran, ada sebuah surat kabar yang sengaja menghilangkan satu atau beberapa kata dalam kalimat, dengan maksud agar kalimat menjadi lebih singkat.

 Hal itu sesuai dengan salah satu sifat khusus dalam ragam bahasa jurnalistik. Namun, tanpa disadari justru kata yang dihilangkan mempunyai pengaruh besar kepada pesan yang disampaikan. Pembaca akan salah dalam menerima pesan yang sebenarnya. Dari gambaran tersebut terlihat jelas ternyata penggunaan satu kata yang semula dihilangkan wartawan dengan maksud tulisannya singkat justru menentukan makna kalimat keseluruhan. Bahkan, menentukan kelogisan makna kalimat lanjutannya.

         Penyimpangan yang dilakukan oleh jurnalistik mengakibatkan bahasa jurnalistik sering dikatakan tidak memenuhi norma bahasa yang telah ditetapkan, bahkan pers dituduh sebagai perusak bahasa. Hal tersebut bukanlah semata-mata disebabkan penyimpangan yang dilakukan, tetapi terlebih karena dominannya bahasa jurnalistik dalam aktivitas berbahasa masyarakat sehari-hari. Selain itu, juga disebabkan kekurangtelitian. Jadi, penerapan ragam bahasa jurnalistik melalui sifat khusus dan ketentuan kalimat ragam jurnalistik dengan baik diharapkan dapat meminimalisis kemungkinan penyimpangan yang dilakukan.

          Dalam komunikasi dibutuhkan bahasa sebagai alat yang tepat untuk kegiatan tersebut. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Dengan bahasa pesan yang disampaikan dalam berkomunikasi dapat tercapai karena bahasa merupakan alat untuk menghubungkan individu dengan individu.

            Bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami oleh semua penutur bahasa itu. Namun, karena penutur bahasa tersebut bukanlah kumpulan manusia yang homogen dan setiap manusia melakukan kegiatan interaksi sosial yang beragam, maka wujud bahasa yang konkret menjadi tidak seragam.

            Dalam hal ini ragam bahasa atau variasi bahasa merupakan salah satu perubahan atau perbedaan bentuk dan makna bahasa. Perubahan itu dimanifestasikan dalam ujaran seseorang sebagai alat interaksi dalam masyarakat bahasa tertentu yang beraneka ragam.

            Nababan menjelaskan bahwa ragam bahasa merupakan perbedaan bahasa dalam pengungkapan. Perbedaan tersebut berasal dari daerah yang berlainan, kelompok sosial yang berbeda atau tingkat formalitas yang berbeda, maupun waktu yang berlainan. Perbedaan daerah menghasilkan ragam bahasa dialek, perbedaan kelompok sosial menghasilkan ragam bahasa sosiolek, perbedaan situasi atau tingkat formalitas menghasilkan ragam bahasa fungsiolek, dan ragam bahasa yang sehubungan dengan perkembangan waktu disebut bahasa yang lain-lain atau ragam bahasa kronolek. Selanjutnya, menurut Chaer perbedaan berdasarkan penuturnya dikenal adanya dialek-dialek, baik dielek regional maupun dialek sosial. Lalu berdasarkan penggunaannya adanya ragam bahasa, seperti ragam jurnalistik, ragam ilmiah, dan sebagainya.    

            Ragam bahasa dapat diartikan sebagai variasi penggunaan bahasa. Variasi tersebut didasarkan pada latar belakang (daerah), keadaan sosial, tingkat formalitas, waktu, dan penggunaannya.

Jurnalistik sebagai Refleksi Berbahasa Masyarakat

            Bagi seorang wartawan, bahasa merupakan alat yang paling penting untuk mengungkapkan seluruh gagasan. Dengan bahasa, wartawan dapat berkomunikasi dengan pembacanya. Wartawan tersebut harus mampu menggunakan bahasa dengan baik agar informasi yang disampaikan menjadi jelas dan dimengerti secara benar oleh pembacanya. Menurut Assegaf, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan untuk menyampaikan pesan atau berita kepada khalayak ramai (massa) melalui saluran media.

            Secara umum terdapat dua macam media, yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak memfokuskan pada ketajaman mata sedangkan media elektronik sepert radio memfokuskan ketajaman telinga. Dalam media cetak, penyusunan bahasa atau tepatnya kalimat ragam jurnalistik harus cermat karena mempengaruhi sasaran pembaca. Hal ini mempermudah usaha penyampaian pesan sebuah berita agar komunikatif dan diterima secara benar.

            Patmono berpendapat bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang dipergunakan dalam majalah, surat kabar, televisi, atau radio. Surat kabar merupakan salah satu media cetak sebagai alat komunikasi massa. Surat kabar merupakan media yang statis, mengutamakan pesan-pesan visual dan bersifat satu arah. Walaupun sebenarnya media cetak bisa melakukan komunikasi dua arah, tetapi karena waktu dialog tidak spontan (seketika), maka lebih banyak sifatnya satu arah.

            Komunikasi dua arah dalam surat kabar dapat terjadi ketika ada berita yang direspon oleh pembaca atau sumber berita lain; atau bisa juga ada artikel ditanggapi oleh penulis lainnya, kemudian direspon balik lagi oleh sumber atau penulis pertama. Dari respon dan tanggapan tersebut akar "kebenaran" yang semula tidak terlihat. Oleh karena itu, pemahaman pembaca pada kata sampai kalimat dalam sebuah berita harus baik agar tujuan komunikasi dua arah dapat dicapai dengan baik.

            Pendapat-pendapat tersebut diperkuat oleh Hadi yang menjelaskan bahwa bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan para wartawan dalam menulis karya-karya jurnalistik (berita maupun feature), dan dimuat di media massa cetak. Isi media cetak adalah dokumen tentang sejumlah hal yang dikatakan orang lain dan catatan peristiwa yang ditangkap oleh sang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata.

            Dalam media cetak, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi paling efektif dan komunikatif yang mengutamakan pesan-pesan visual dan bersifat satu arah. Bahasa yang digunakan oleh pers pada dasarnya sama dengan bahasa Indonesia baku. Namun, bahasa pers merupakan bahasa yang paling praktis, efisien, dan efektif dengan aturan yang sudah ada. Kalangan pers umumnya menyadari bahwa bahasa yang dipakainya di koran atau majalah akan berpengaruh besar terhadap praktik berbahasa masyarakat pembacanya dan pertumbuhan bahasa Indonesia sendiri. Akan tetapi, sebaliknya pers juga merupakan cermin atau refleksi praktik berbahasa Indonesia masyarakatnya. Jika bahasa Indonesia masyarakat buruk, maka buruk pula bahasa persnya. Jika bahasa Indonesia masyarakatnya baik, maka baik pula bahasa persnya.

         Bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain susunan kalimat yang benar, pilihan kata yang cocok.

         Bahasa pers itu adalah bahasa ragam resmi baku, bukan bahasa ragam santai seperti bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Oleh karena itu, ia harus tunduk kepada kaidah-kaidah bahasa yang telah dibakukan: kaidah tata bahasa, kaidah ejaan dan tanda baca. Harus menggunakan kata atau istilah yang sama maknanya dengan yang telah ditetapkan dalam kamus.

         Pada akhirnya, kualitas bahasa jurnalistik akan sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berbahasa jurnalistik para jurnalis dan redakturnya. Jadi, penguasaan bahasa Indonesia merupakan syarat mutlak bagi para jurnalis dan redaktur untuk dapat mewujudkan suatu kondisi bahasa jurnalistik yang baik dan benar.

          Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jurnalistik merupakan bahasa yang digunakan oleh pers sebagai alat komunikasi massa yang digunakan dalam harian-harian dan majalah-majalah. Bahasa pers merupakan bahasa resmi baku sehingga harus tunduk dengan kaidah bahasa yang telah dibakukan dengan gaya bahasa yang dimengerti.

Daftar Pustaka

 

Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 1994).

Dja'far Assegaf, Jurnalistik Masa Kini (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991).

J.S. Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia  II (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992).

Patmono, Teknik Jurnalistik (Jakarta: Gunung Mulia, 1993).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun