Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sastra: Mengenal Kebudayaan Buton dalam Cerpen "La Runduma" Karya Wa Ode Wulan Ratna

16 November 2021   09:10 Diperbarui: 16 November 2021   09:18 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Astaga!!! Anaknyakah"

 

"Sialan kau La Runduma! Dunia akhirat tak akan aku restui (La Runduma, 8)"

 

Sosiologi Masyarakat Pembaca

Sebuah Tinjauan Sosiologis-Reseptif 

La Runduma mengemukakan sebuah tema pembebasan diri terhadap belenggu budaya. Permasalah tokoh-tokoh perempuan dalam adat (upacara posuo), bahwa nilai sebuah keperawan dilihat dari gedang yang pecah, tentulah sebuh  penilai yang sangat tidak logis. Posuo, sebuah upacara yang harus dilakukan anak gadis sebelum memasuki wanita dewasa. Nilai kekuasaan kaum patriarkis yang angat tidak objektif, mengukur perempuan dengan sebuah keperawanan.  

Cerpen ini menarik, selain karena kekuatan bahasanya yang cerdas dan mengalir, permainan alur yang mudah dimengerti, juga karena pembahasan lokalitas yang mengangkat persoalan adat dan mengkritik tatanan peraturan budaya di Buton. Intinya melihat sisi sebuah budaya bukan dari hal yang menarik, cantiknya, atau kekayaannya, melainkan dari sisi gelap, negatifnya.

Pengarang, dengan sangat menarik mengajak kita (pembaca) masuk dan merasakan sebuah upacara adat Buton yaitu posuo melalui rangkaian kata-kata. Pola pikir sang pengarang yang terbuka juga kita rasa ketika kita membaca cerpen ini. Di sini, ideologi pemikiran pengarang sangat jelas terasa. Sebuah pemikiran modernitas yang sudah seharusnya dan aturannya dapat mengikuti perkembangannya. Pengarang membawa kita kepada landasan yang hakiki yaitu sebuah cinta.

 

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun