"Astaga!!! Anaknyakah"
Â
"Sialan kau La Runduma! Dunia akhirat tak akan aku restui (La Runduma, 8)"
Â
Sosiologi Masyarakat Pembaca
Sebuah Tinjauan Sosiologis-ReseptifÂ
La Runduma mengemukakan sebuah tema pembebasan diri terhadap belenggu budaya. Permasalah tokoh-tokoh perempuan dalam adat (upacara posuo), bahwa nilai sebuah keperawan dilihat dari gedang yang pecah, tentulah sebuh  penilai yang sangat tidak logis. Posuo, sebuah upacara yang harus dilakukan anak gadis sebelum memasuki wanita dewasa. Nilai kekuasaan kaum patriarkis yang angat tidak objektif, mengukur perempuan dengan sebuah keperawanan. Â
Cerpen ini menarik, selain karena kekuatan bahasanya yang cerdas dan mengalir, permainan alur yang mudah dimengerti, juga karena pembahasan lokalitas yang mengangkat persoalan adat dan mengkritik tatanan peraturan budaya di Buton. Intinya melihat sisi sebuah budaya bukan dari hal yang menarik, cantiknya, atau kekayaannya, melainkan dari sisi gelap, negatifnya.
Pengarang, dengan sangat menarik mengajak kita (pembaca) masuk dan merasakan sebuah upacara adat Buton yaitu posuo melalui rangkaian kata-kata. Pola pikir sang pengarang yang terbuka juga kita rasa ketika kita membaca cerpen ini. Di sini, ideologi pemikiran pengarang sangat jelas terasa. Sebuah pemikiran modernitas yang sudah seharusnya dan aturannya dapat mengikuti perkembangannya. Pengarang membawa kita kepada landasan yang hakiki yaitu sebuah cinta.
Â
Kesimpulan